Pandemi Covid-19 yang belum pasti kapan akan berakhir, membuat banyak orang kebingungan mengatur keuangan agar tetap bertahan.
Gigih Prihantono Konsultan Senior di Chaakra Consulting membeberkan tiga langkah mengatur keuangan agar tetap bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Ia menjelaskan, sebelum itu, masyarakat harus memahami dulu kondisi keuangannya sebelum pandemi ini terjadi. Ini untuk mengetahui, apakah memang kondisi ekonomi seseorang sehat atau sudah sakit sebelum wabah berlangsung.
“Kita harus tahu kondisi keuangan kita itu sehat gak sebelum pandemi. Karena kalau memang sudah tidak sehat sebelum pandemi, jadi repot. Bukan karena pandeminya tapi karena keuangan kita memang tidak sehat,” ujarnya.
Setelah mengetahui, masyarakat bisa mengikuti tiga langkah berikut ini:
1. Kurangi Konsumsi yang Terlalu Banyak
Kita perlu mengurangi konsumsi di hal yang selama ini banyak menyedot keuangan. Ia menyontohkan, apabila selama ini kita terlaku banyak konsumsi di makanan atau rokok, untuk sementara hal itu bisa diturunkan terlebih dahulu. Berhemat menjadi kunci utama selama masa pandemi.
2. Meminta Keringanan Pembayaran Utang atau Cicilan
Jika ternyata mengurangi konsumsi saja tidak cukup, langkah selanjutnya adalah mendata utang dan cicilan yang harus dibayar. Kita harus mendiskusikan hal ini dengan bank atau kembaga pinjaman yang bersangkutan untuk meminta keringanan selama Covid-19 berlangsung.
“Kita harus ke bank atau lembaga pinjaman itu, bikang kita gak bisa bayar nih, selama Covid-19. Kita minta keringanan suku bunga kah, atau penurunan cicilan. Karena kita harus memperkuat cash flow. Karena kondisinya di pandemi,” jelasnya.
3. Menjual Aset Likuid
Apabila langkah kedua tersebut gagal atau masih belum cukup untuk bertahan dalam kondisi pandemi, kita harus menjual aset likuid yang ada. Aset likuid adalah aset yang dapat diubah menjadi uang tunai dalam waktu relatif cepat, seperti emas misalnya.
Gigih mengingatkan, menimbun aset juga harus memiliki strategi. Ia menyarankan agar masyarakat tidak hanya menimbun aset non likuid yang susah diuangkan, karena dalam pandemi seperti ini akan sangat sulit diuangkan.
“Mangkanya kalau menimbun aset, harus dipilih juga, strateginya juga. Jangan aset, aset tetap semua. Tanah misalnya. Kalau di tengah pandemi gini, susah jualnya. Nimbun aset harus punya strategi, mana yang likuid, mana yang non likuid,” jelasnya.
Ia mengatakan, ketiga hal itu bisa dicoba masyarakat agar tetap bisa mengatur keuangan dan bertahan di tengah pandemi berlangsung. Ia menegaskan, menurunkan konsumsi bukan satu-satunya cara untuk bertahan dalam masa pandemi. (bas/tin)