Bagi para penjual seragam sekolah di Pasar Blauran, Surabaya, Jawa Timur, berjualan adalah pilihan satu-satunya mencari nafkah meski di tengah pandemi Covid-19. Tetap berjualan secara reguler karena tak kenal jualan online. Penjualan seragam sekolah pun anjlok sampai 90% lebih tahun 2020 ini.
“Kalau disuruh milih, sekarang ini ya, pasti pilih tidak jualan. Pandemi katanya belum selesai? Tapi kalau tidak jualan, terus penghasilan dari mana? Makan apa? Ya semampunya tetap berjualan meskipun pandemi Covid-19 masih belum selesai. Kalau tidak ada penghasilan repot juga,” terang Linda pemilik sebuah lapak pakaian di Pasar Blauran, Surabaya, Selasa (7/7/2020).
Jika dihitung-hitung, lanjut Linda sudah lebih dari empat bulan omzet penjualan pakaian di lapaknya mengalami penurunan dibandingkan dengan hari biasa sebelum terjadinya pandemi Covid-19 ini. Penjualan terus menurun, sejak awal terjadinya pandemi dilanjutkan dengan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Selain omzet terus turun, masyarakat juga tidak terlihat lagi datang ke pasar Blauran untuk berbelanja. “Kalau pasar tutup, pengunjung tidak ada, praktis pembeli dagangan juga semakin menurun. Tapi ini memang mata pencaharian, cari uangnya jualan pakaian,” kata Linda.
Bagaimana dengan berjualan secara online? Linda mengaku belum sedikitpun tergerak untuk mencoba berjualan secara online melalui daring. Selain memang masih belum pernah melakukan, Linda juga tidak tahu harus memulainya darimana. “Ya sudah tetap jualan seperti ini di pasar,” ujar Linda.
Ulfah yang juga punya lapak pakaian di pasar Blauran lantai dua memilih tetap berjualan di pasar meskipun informasi yang di bacanya dari media massa, bahwa sampai hari ini pandemi Covid-19 di Kota Surabaya masih ada, dan masih terjadi, malah semakin banyak korbannya.
“Jualan di pasar saja. Pernah dengar dari kawan-kawan yang jualannya memang online. Belum pernah coba memang. Lagian juga kalau jualan seperti ini kok kayaknya lebih mudah mengawasinya. Dan langsung bisa tawar-tawaran harganya. Kalau jualan online apa bisa tawar-tawaran, repot sepertinya,” papar Ulfah.
Sejak awal pandemi Covid-19, Ulfah dan Linda mengakui memang terjadi penurunan drastis atas omzet penjualan pakaian termasuk penjualan seragam sekolah di lapak masing-masing. Bahkan keduanya mengakui penurunan omzet sampai lebih dari 90%.
Namun demikian, mereka memilih tetap berjualan dan bertemu langsung dengan calon pembelinya dan bertransaksi langsung di lapak mereka yang ada di Pasar Blauran lantai dua tersebut, meskipun sampai saat ini Kota Surabaya masih dinyatakan sebagai kawasan zona merah Covid-19.
Karena itu, jika pasar ditutup lantaran penerapan PSBB kembali, maka hal tersebut menjadi sesuatu yang diharapkan tidak dilakukan agar penghasilan sekecil apapun masih dapat diperoleh oleh mereka yang tetap berjualan di pasar dan tidak mengenal penjualan secara online seperti Ulfah dan Linda di pasar Blauran.
“Karena memang belum pernah mencoba dan yang pasti tidak tahu harus mulai dari mana kalau seandainya jualan online itu. Sampai hari ini kita masih jualan, meskipun penjualan memang terus menurun. Ya mau gimana lagi, tetap jualan di sini,” kata Linda.(tok/ipg)