Rumayya Batubara dosen Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan bahwa startup berbasis teknologi masih mampu bertahan di masa pandemi Covid-19.
“Banyak bisnis yang bertumbangan, tapi yang basisnya teknologi, masih mampu bertahan. Ini yang harus dioptimalkan,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (22/6/2020).
Memang ada beberapa layanan startup berbasis teknologi yang tidak bisa berjalan normal di saat pandemi ini. Namun, layanan lain masih bisa dimaksimalkan sehingga layanan inti (core business) masih bisa maksimal. Dampaknya tidak signifikan.
Rumayya mengamati, bahwa layanan dari startup teknologi ini masih belum dimaksimalkan. Hanya layanan yang sudah ada yang dilakukan. Padahal dengan banyaknya masyarakat hanya berdiam diri rumah banyak layanan yang bisa dikembangkan. “Misalnya layanan belanja di pasar, ada potensi baru dari layanan inti itu yang bisa dikembangkan lebih lanjut,” kata Rumayya.
Sementara itu Tri Siwi Agustina, dosen Kewirausahaan FEB Unair mengatakan wirausahawan maupun startup bisa bertahan di tengah pandemi dengan gaya satu kaki atau pivot (gerakan memutar badan dengan bertumpu pada satu kaki, red) dalam istilah olahraga basket.
Dikatakan Tri, strategi pivot ini dilakukan dengan tidak mengubah layanan inti yang ada. Misalnya mereka yang memiliki usaha catering. Kalau selama ini mengandalkan pesanan orang karena pandemi, maka strategi marketingnya yang diubah. “Misalnya dengan layanan antar dan sebagainya. Tapi bisnis mereka memproduksi makanan bisa berjalan terus,” ungkapnya.
Bisa juga strategi pivot ini dilakukan dengan tetap pada bisnis ini tapi juga mengembangkan dengan yang lain. “Misalnya di Surabaya ini ada layanan ojek online syariah. Selama pandemi tidak ada yang mereka lakukan. Tapi karena mereka kembali pada visi misi ingin memberdayakan kaum perempuan, akhirnya para driver perempuan mereka itu dijadikan guru ngaji online,” jelasnya.
Dengan strategi pivot ini diharapkan semua bidang usaha terutama startup bisa bertahan di masa pandemi.(iss/ipg)