Jumat, 22 November 2024

Skema “The New Normal”, Kadin Jatim: Ekonomi Memang Harus Mulai Bergerak

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kadin Jawa Timur. Foto: Istimewa

Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim menilai, rencana pemerintah untuk kembali membuka aktivitas ekonomi secara bertahap adalah langkah yang tepat dan benar. Mengingat WHO telah menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak akan hilang dari dunia sampai vaksin ditemukan.

Menurut Adik, skema “The New Normal” yang diperkirakan akan mulai dilaksanakan bulan depan untuk sebagian kegiatan ekonomi, memang harus dijalankan agar ekonomi tidak seterusnya berhenti. Ekonomi harus mulai dipulihkan, utamanya untuk UMKM yang memiliki nyawa pendek dalam bertahan hidup.

Karena kegiatan ekonomi, kata dia, menjadi detak jantung kehidupan yang akan menentukan nasib dan kondisi bangsa selanjutnya.

“Ini sudah benar dan yang seharusnya dilakukan. Sebab, ketika pemerintah memilih untuk terus memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar, berapa lama pemerintah bisa menanggung biaya hidup masyarakat. Kekhawatiran saya dana pemerintah untuk membantu rakyat terbatas, mungkin hanya bisa sampai 3 bulan dan setelah itu habis. Pasti akan ada dampak sosial, bisa chaos kalau semua pada lapar,” ujar Adik di Surabaya, Senin (18/5/2020) malam.

Namun, penerapan skema pemulihan kegiatan ekonomi tersebut menurutnya harus dibarengi dengan tumbuhnya kesadaran bersama untuk menaati protokol kesehatan dengan ketat, memakai masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan dan tidak berkerumum harus menjadi kebiasaan masyarakat.

“Kalau industri, saya kira sudah siap untuk melakukan social distancing dan physical distancing dengan sangat ketat, karena mereka akan belajar pada kasus-kasus sebelumnya. Sebab ketika ada seorang karyawan terkena, pabrik tersebut akan ditutup,” tambahnya, dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net, Selasa (19/5/2020).

Hanya saja yang dikhawatirkan, lanjut dia, ketika karyawan sudah tidak berada di lokasi pabrik, karyawan akan lalai dan tidak menerapkan aturan tersebut. Mereka kadang berkerumum dan tidak menggunakan masker. Sebab sejauh pengamatannya, kesadaran seluruh masyarakat untuk selalu menaati protokol Covid-19 masih rendah.

Menurutnya, masih banyak ditemui orang yang tidak menggunakan masker di jalan atau di pasar, utamanya tradisional. Dan ini menjadi cela masuknya Covid-19 dalam lingkungan pabrik atau industri. Adik berharap, masyarakat akan mulai sadar dengan selalu menaati protokol kesehatan sehingga ekonomi bisa kembali berjalan.

Sementara itu, Achmad Fauzi General Manager Javadwipa Group dalam acara NgabuburIT Kadin Kadin yang digelar secara virtual pada Senin (18/5/2020) petang, mengatakan bahwa Pandemi Covid-19 yang saat ini belum pasti kapan bisa diselesaikan. Untuk itu, Indonesia mau tidak mau akan membawa sejumlah perubahan mendasar dalam perilaku sosial masyarakat.

Ia mengatakan saat ini, dengan kebijakan PSBB atau lockdown bagi sejumlah negara lain yang tengah dilaksanakan bisa dilihat sebagai proses bagaimana perubahan perilaku ini sedang berjalan. Mereka mampu memprediksikan berapa lama kondisi PSBB atau lockdown dan bagaimana hasil perubahan bisa dilakukan secara persis jika dianggapnya semua sistem berjalan dengan baik.

Contohnya negara Korea, Jepang dan China bisa diprediksi waktunya, karena faktor X diluar sistem bisa diminimalisir.

Sementara di Indonesia, sistem PSBB atau lockdown menjadi sulit diprediksi akhir dan hasilnya karena faktor X -nya sangat besar. Seperti, tidak semua orang sadar, karena banyak faktor mobilisasi ekonomi yang tidak bisa semua “by remote”. Sebab ketika berbicara prediksi, maka faktor X harus di minimalisir dahulu.

“Artinya memang bakal ada kondisi kenormalan (baca; new normal) baru di masyarakat di mana pada negara lain bisa diprediksi bentuknya, sementara di Indonesia kita belum bisa mendapatkan gambarannya,” ujar Fauzi yang juga menjabat sebagai Wakil Komite Tetap Kadin Jatim Bidang Telekomunikasi dan Data.

Namun mau tidak mau kondisi di Indonesia ini harus dihadapi terutama bagi pelaku usaha agar bisa bertahan atas perubahan massif yang bakal terjadi. Skenario “new normal” harus disiapkan oleh pelaku usaha, khususnya telekomunikasi sebagai bentuk strategi baru dalam memasuki kondisi baru masyarakat.

Skenario ini akan ada banyak bentuk aplikasinya di setiap perusahaan. Namun ada sejumlah poin yang sama bisa menjadi acuan. Point awal adalah dipastikan adanya perubahan perilaku dan habit pasar sebagai akibat harus dilakukannya sejumlah protokol kesehatan terkait Covid-19.

“Yang paling pasti masyarakat pengguna akan lebih memilih penggunaan pola sosial berjarak namun menginginkan metode yang bisa menghasilkan hal yang sama dengan perilaku sebelum pandemi. Bagaimana bentuk riilnya memang belum nampak seperti apa, tapi di sisi telekomunikasi tandanya sudah mulai muncul,” tambahnya.

Telkom melaporkan bahwa di era new normal permintaan pasang baru jaringan internet naik tinggi, sehingga bisa dilihat habit orang sudah mulai bergeser lebih massif menggunakan internet. Dengan demikian dipastikan pasar- pasar baru akan tercipta atau setidaknya muncul reorientasi pasar menyesuaikan dengan kondisi masyarakat konsumen.

Kebutuhan-kebutuhan baru akan muncul sebagai bagian dari perubahan sosial.

“Sebagai point kedua, yang penting di era digital, adalah bagaimana pengusaha menguasai ekosistem digital, itu yang bisa membuat kita menang. Dan yang juga penting adalah data, karena sangat valueable. Untuk bisa menang, kita harus tahu siapa yang mengontrol data kita, siapa yang memiliki data kita” tambahnya.

Atas perubahan ini, kata dia, point ketiga, sektor bisnis harus melakukan penyesuaian atas paradigma kerjanya sebagai jawaban atas perubahan pola pasar dalam new normal. Bisnis harus melakukan perubahan paradigma untuk mengantisipasi perubahan perilaku konsumen/pasar.

Mengingat pasar meminta hasil yang minimal sama seperti sebelum “new normal” dalam berbagai pembatasan, maka kinerja bisnis harus semakin fleksibel namun lebih efektif. Artinya dunia bisnis menerapkan hal tersebut karena stakeholder dan pasar meminta demikian. (ang/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs