Mendengar nama Lumajang, mungkin bukanlah kota besar. Tapi kalau Anda tanya di manakah pisang terbaik di Jawa Timur? Tentunya jawaban paling tenar, Lumajang.
Lumajang memang dikenal sebagai kota Pisang, karena memang pisang komoditi andalan kota yang juga berjuluk Oostenrijk Van Java atau Austria Van Java itu. Kekayaan alam yang ada yang dimanfaatkan maksimal para santri di Pesantren Manarul Quran Lumajang, untuk membuat Produk Kripang, Kripik Pisang.
Di tengah jam pelajaran di Pondok Pesantren Manarul Quran, KH. Abdul Wadud Nafis pengasuh Pondok Pesantren Manarul Quran bercerita.
“Memang santri di Manarul Quran ini, punya beberapa pemasukan dari berwirausaha. Salah satu yang menjadi unggulan adalah Kripik Pisang,” ungkapnya.
Ketika ditanya alasan kenapa memilih pisang, beliau menjawab, “Lumajang ini Kota Pisang, jadi bahan baku sangat gampang, dan murah. Rata-rata wali murid dan kolega punya pisang, setidaknya di sekitar rumahnya. Itu alasan kami memilih komoditas pisang.”
Alasan lain, pisang adalah bahan yang paling mudah untuk dikelola sekaligus untuk bahan belajar bagi para santri. Sehingga tidak menggangu belajar, tetapi justru malah bermanfaat.
Pembekalan wirausaha dari pengasuh Ponpes sangat bermanfaat bagi santri di Manarul Quran Lumajang. Menurut KH Abdul Wadud Nafis, tidak semua santri sesudah lulus bakal jadi pemuka agama. Hadirnya OPOP Jatim kian mendorong upya kemandirian santri dan ponpes.
“Kami punya keyakinan bahwa tidak semua santri sekembali ke rumahnya kelak akan menjadi kyai, atau menjadi akademisi, guru, atau dosen. Bisa jadi mereka akan menjadi pedagang, petani atau mungkin pengusaha,” tegasnya.
Maka santri di sini dilatih bagaimana membuat keripik pisang, keripik beras, dan hal-hal lain, seperti memelihara ayam, dan sebagainya. Tujuannya adalah memupuk jiwa entrepreneur. Juga agar mereka punya kesempatan belajaran dan pengalaman. “Jadi setelah pulang bisa mengembangkan usaha-usaha lainnya di kampung halaman,” tegasnya.
Kebetulan ketika tim Suara Surabaya berkunjung ke Pesantren Manarul Quran, beberapa santri sedang menggoreng Kripik pisang yang akan dijual. Sempat berbincang dengan salah satu santri, yang kedapatan mengupas pisang.
Kurang lebih 1 tahun berjalan, omset Kripang, kripik pisang buatan santri Pesantren Manarul Quran Lumajang, sudah mencapai 5-10 juta per bulan.
Bagaimana pun selalu ada tantangan, pengasuh mengaku ada kesulitan mengembangkan pemasaran lewat sosial media, karena terkait SDM yang terbatas. Untuk sementara ini, pemasaran masih melalui informasi dari mulut ke mulut dan sistem reseller saja.(lim)