Siapa yang tak kenal kopi, menjadi sajian keseharian bagi sebagian masyarakat kita. Termasuk suguhan di banyak pesantren, bahkan begitu popularnya minuman kopi hingga menginspirasi lahirnya film layar lebar Filosofi Kopi.
Memproses kopi, mulai dari memilih bibit kopi, menanam di tempat yang cocok, memanen, meroasting, menumbuk atau menggiling sampai dengan kopi itu disajikan. Konon punya aturan dan tradisi masing-masing.
Melihat keunikan dan potensi besar kopi, terutama di sekitar pondok pesantren. Menarik perhatian Kyai Abdul Adhim pengasuh Pondok Pesantren Fathullah Aflah Probolinggo. Mengajak santri dan alumninya berupaya mengangkat keunggulan kopi, komoditi andalan yang dipetik dari kawasan Krucil di lereng Gunung Argopuro.
“Di sana banyak petani kopi yang selama ini dari penghasilan atau pemasarannya masih belum maksimal. Kemudian Kami mencoba dari pengurus dan seluruh jajaran yang ada di pesantren, bagaimana ada masyarakat dan wali santri tidak kesulitan dalam memasarkan hasil kopi dari budidaya di ladang-ladang mereka,” urai Abdul Adhim yang akrab disapa Gus Adhim.
Memulai wirausaha kopi kata Gus Adhim, bukan tanpa kendala. Mereka harus menghadapi para tengkulak, yang sangat merugikan petani.
“Orang-orang yang melepaskan modal dengan sistem tebasan yang merugikan petani. Misalnya kopi yang masih belum siap panen, kemudian oleh pedagang sudah diberi uang, terlebih para petani juga membutuhkan. Akhirnya ketika sudah siap panen pedagang senang, tinggal panen,” tuturnya.
Setelah dihitung ternyata merugikan para petani, karena tidak sesuai dengan harga pasaran ketika itu. Akhirnya dipikirkan caranya, dengan modal yang disiapkan dari koperasi pondok pesantren. “Kita kasih mereka pinjaman dengan sistem syariah Qardhul Hasan, dengan tanpa jaminan dan tanpa bunga,” tambahnya.
Kopi yang dipetik dari lereng Krucil, Gunung Argopuro ini sangat khas. Yang khas aroma Pisang yang ditimbulkan kopi jenis Arabika. Sehingga semakin terasa istimewa menikmati kopi ini.
“Istimewanya kopi ini Arabika, karena rata-rata mereka menanam kopi Arabika dengan jenis Cobra, Columbia-Brazil. Jadi perpaduan antara kopi Kolumbia dan kopi Brasil. Ini memang jenis kopi special, khusus untuk penikmat kopi arabika fanatic,”terangnya.
Bila kebanyakan produsen kopi biasanya menjual ke toko-toko atau distributor, tapi Presiden Kopi dan Santri Kopi produksi dari pesantren Fathullah Aflah, melayani beberapa café secara khusus.
“Kita sudah punya tempat sendiri untuk memasarkan kopi ini. Seperti pada beberapa café di Bekasi, Tangerang, Jogja dengan kapasitas yang mereka butuhkan. Alhamdulillaah sampai sekarang ini kita bisa mengirimkan sekira 5 kwintal dalam sebulan,” ungkapnya.
Ibaratnya, layar sudah terkembang, pantang surut ke tepian. Usaha yang dikelola Pesantren Fathullah Aflah desa Sebaung, kecamatan Gending, Probolinggo. Tidak hanya kalangan pengurus, tetapi juga dirasakan manfaatnya oleh Ahmad Faiz, seorang santri di pesantren tersebut. Dukungan OPOP Jatim kian membuka pintu harapan.
“Alhamdulillaah manfaat usaha pesantren ini bagi para santri, memberikan keuntungan maksimal dalam bisnis. Dan memeri kesempatan bagi mereka untuk menjadi pemimpin sekaligus melatih tanggung jawab,” ungkap Faiz. (lim)