Suasana jamak di hampir semua pondok pesantren juga terasa di Pondok Pesantren Darul Quran, Pekoren, Pasuruan. Yang berbeda, di sini kegiatan mengelola pertokoan, memberi makan ternak ayam dan ikan, menjadi keseharian santri dalam mengisi waktu luang belajar di pesantren.
Pesantren harus mampu mandiri, tidak hanya dari sisi ilmu agama tapi juga dalam keterampilan pemenuhan kebutuhan pokok sendiri.
Inilah yang terlihat di pondok pesantren yang berlokasi di desa Pekoren, kecamatan Rembang, kabupaten Pasuruan itu. Ustadz Mohammad Sulaiman, yang akrab disapa Gus Sulaiman bercerita seputar usaha koperasi yang didirikan pondoknya.
“Awalnya toko kami ini hanya melayani kebutuhan para santri dan warga sekitar pondok,” kisahnya kepada Suara Surabaya Media, yang berkesempatan mengunjungi pesantrennya.
“Dengan kegiatan ini justru membuat pikiran anak-anak lebih fresh. Mungkin setelah mengaji dengan memberi makan ternak dan ikan-ikan, bisa menjadi sarana refreshing bagi santri,” tuturnya.
Tujuan utama dengan hadirnya toko tersebut memenuhi berbagai kebutuhan santri dan masyarakat sekitar. Mengingat sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di sini jaraknya cukup jauh.
“Di sini Kami juga mempunyai usaha peternakan dan perikanan, sebagai media belajar, modal bagi santri bila kelak sudah lulus dari pondok pesatren mereka tidak hanya menguasai bidang kegamanan, tetapi mereka juga mempunyai skill di bidang peternakan dan perikanan,” urai Gus Sulaiman.
Tiga usaha mandiri yang ada, pertokoan, peternakan, dan perikanan, dipandang cocok sesuai minat dan kebutuhan pasa santri. Urusan kualitas dan pengembangan, Gus Sulaiman juga bilang pihanya sudah kerjasama dengan dinas terkait.
Seperti di pertokoan telah bekerjasama dengan Dinas Koperasi, sebagai bekal bagi santri untuk mampu menjalankan bisnis usaha dagang dengan benar. Peternakan juga bekerjasama dengan Dinas Peternakan, sehingga bisa menghasilkan ternak yang bermutu dan berkualitas.
Demikian halnya Perikanan bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat, agar anak-anak dibimbing, dibina, dididik demi kelak mempunyai bekal kemampuan yang baik ketika mereka kembali ke masyarakat.
Usaha pertokoan dinilai sudah berjalan bagus, sementara usaha perikanan dan peternakan, memang masih pasang surut. Konon, 3500 ekor bibit ayam Jowo Super atau Joper, pernah terserang wabah penyakit, alhasil 2500 ayam joper itu mati.
Meski begitu tidak ada kata menyerah untuk terus mencoba. “Kualitas ternak dan hasil perikanan akan terus ditingkatkan, sehingga bisa bersaing di pasaran,” imbuh Gus Sulaiman.
“Kami sudah berupaya terus memperkenalkan produk-produk ke dunia luar, dengan cara menginformasikan semua keunggulan produk-produk kami, berharap bisa bersaing di luar sana,” tegasnya.
Meski belum sepenuhnya mampu menunjang biaya operasional pesantren, walau memang bukan itu tujuan utamanya, “Melatih wirausaha pasa santri dan alumninya itu lebih penting,” tukasnya.
Mohammad Fauzi, satu dari sekian santri pondok pesantren Darul Quran bilang, “ Selama ini sebagian masyarakat menganggap santri hanya bisa ngaji saja,” sergahnya.
Mungkin banyak di luar sana menganggap santri hanya mendapat ilmu agama saja. Tapi sebaliknya, setelah ada program OPOP Jatim ini, sangat bermanfaat buat pesantren dan santri.
“Program kewirausahaan di pesantren itu sangat bermanfaat bagi masa depan,” ungkap Fauzi.
Santri selain mendapat ilmu agama juga mendapatkan pengetahuan bagaimana cara berwirausaha yang baik.
Pihak pesantren akan terus mengembangkan usahanya, rencananya hasil ternak dan perikanan juga akan diolah menjadi makanan olahan sebagai variasi produk usaha.
Ketika Gus Sulaiman kembali ditanya, Apa mimpi besar sebagai pengasuh pesantren? “Kita akan membuktikan pada dunia bahwa santri bisa segalanya,” pungkasnya.(lim)