Jumat, 22 November 2024

Perekonomian Surabaya Perlahan Bergerak

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Agus Hebi Djuniantoro Kepala Bagian Administrasi dan Usaha Daerah Pemkot Surabaya di lokasi perbaikan pipa PDAM yang pecah karena tiang pancang perluasan Masjid di Perumahan Purimas, Gunung Anyar, Sabtu (7/3/2020). Foto: Denza suarasurabaya.net

Agus Hebi Djuniantoro Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Kota Surabaya mengatakan, perekonomian di Surabaya perlahan mulai bergerak. Meskipun masih di sektor perdagangan khususnya kebutuhan pokok.

“Hal-hal yang non kebutuhan pokok yang masih lesu. Masyarakat cenderung hemat, cuma kami belum ada datanya,” ujar Agus Hebi kepada suarasurabaya.net, Sabtu (27/6/2020).

Hebi mengatakan, Pemkot Surabaya terus berupaya agar daya beli masyarakat kembali pulih. Salah satunya dengan mengawal sektor perdagangan untuk menerapkan protokol kesehatan. Dengan begitu, masyarakat tidak takut lagi berbelanja dan daya beli meningkat lagi.

Dampak Covid-19 bagi perekonomian perdagangan dan jasa di Kota Surabaya sangat signifikan. Meski secara statistik belum dilakukan penelitian, tapi indikatornya jelas.

“Kendaraan yang parkir di Tunjungan Plaza di hari Sabtu dan Minggu biasanya tembus 15-20 ribu. Tapi saat awal-awal Covid-19, anjlok tinggal 1.000-an. Sekarang naik 8.000, kemarin saya cek. Indikatornya di situ,” katanya.

Lalu, kata Hebi di Pasar Tradisional terjadi penurunan transaksi 50 persen. Jalan alternatif dengan model online juga tidak cukup menolong karena banyak sekali masyarakat terdampak secara keuangan.

“Orang mau beli pakai apa, banyak yang PHK. Daya beli rendah, karena dampak PHK dan stigma Covid-19 di sektor perdagangan,” katanya.

Karena itu, kata Hebi, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya menerbitkan Perwali 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Normal Baru agar ekonomi segera menggeliat.

“Pasar berkurang pembelinya karena stigma dan ketakutan. Sekarang dibuka dengan protokol ketat supaya pembeli percaya dan perdagangannya menggeliat lagi,” katanya.

Kondisi serupa juga menimpa sektor jasa. Seperti hotel, hiburan dan pariwisata. Mayoritas sektor jasa belum beranjak meski mulai boleh buka dengan catatan protokol kesehatan. Karena kembali lagi ke daya beli belum pulih.

“Karena Surabaya hanya mempunyai sumber daya di sektor perdagangan dan jasa, kalau kita tidak bergerak tidak akan dapat apa-apa,” katanya.

Menurut Hebi, protokol kesehatan yang disiplin bisa menarik kepercayaan pembeli. Hal ini juga harus berlaku bagi UMKM agar kembali bergerak.

“Kita bisa bangkit, cuma harus ada yang mengawal protokol ketat ini. Istilahnya kita ini habis perang, bangun lagi. Pelan-pelan. Tapi ingat Covid-19 tidak bakal beranjak dari Surabaya, tetep di sini ada. Covid kapan berakhir tidak ada yang tahu,” katanya.

Sebelumnya Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya menegaskan, transisi new normal dipilih karena untuk menghidupkan perekonomian Surabaya. Pengusaha harus patuh menerapkan protokol agar pembeli percaya.

“Yang kita lakukan kenapa saya paksakan transisi new normal, memang protokolnya harus ketat. Jadi seperti di hotel protokolnya harus ketat, di mal harus ketat. Ini kita turun untuk evaluasinya setiap hari. Nanti diberikan peringatan oleh dinas kalau dia nggak menerapkan protokol. Sampai toko mas juga kita cek. Nanti kalau tiga kali melanggar, izinnya tak cabut kalau dia nggak melakukan perbaikan,” katanya. (bid/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs