Jumat, 22 November 2024

Pandemi Covid-19, Penjualan Seragam Sekolah Anjlok 90%

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Suasana lantai 2 Pasar Blauran, Surabaya yang ditempati penjual seragam sekolah, terlihat sepi. Foto: Totok suarasurabaya.net

Terjadinya pandemi Covid-19, meskipun bertepatan dengan memasuki tahun ajaran baru, penjualan seragam sekolah di sejumlah tempat di Kota Surabaya mengalami penurunan drastis. Bahkan penjualan anjlok sampai dengan 90%.

Menjelang memasuki tahun ajaran baru, tahun 2019 lalu, Linda satu diantara pemilik kios penjualan aneka seragam sekolah di Pasar Blauran, Surabaya, sampai harus menambah order pemesanan seragam sekolah lantaran permintaan pembeli yang terus menerus datang.

“Bahkan harus nambah order ke distributor. Soalnya stok persediaan sampai habis, Pembeli terus berdatangan. Seragam SMA, SMP, dan SD, termasuk pakaian seragam Pramuka juga nambah terus. Lumayan tahun kemarin sampai harus nambah order soalnya kebutuhan seragam sangat banyak,” terang Linda.

Saat ditemui suarasurabaya.net pada Selasa (7/7/2020), Linda yang sedang mengemas ulang beberapa baju seragam sekolah warna putih berbagai ukuran, membenarkan jika tahun ajaran baru kali ini yang berdekatan dengan terjadinya pandemi Covid-19 membuat penjualan sergaam sekolah di tempatnya menurun drastis.

“Mungkin orang tua juga mikir untuk berhemat, dan sementara masih menunda pembelian seragam sekolah. Apalagi jadwal dimulainya tahun ajaran baru sekarang ini masih belum jelas. Penjualan seragam belum banyak. Malah cenderung sepi,” papar Linda.

Senada dengan Linda, Ulfah yang juga berjualan seragam sekolah di Pasar Blauran menyatakan sepinya pembeli seragam sekolah di tahun ajaran baru saat ini, bisa jadi karena memang bertepatan dengan terjadinya pandemi Covid-19 yang berdampak pada berbagai lini kehidupan masyarakat.

“Biasanya menjelang dimulainya tahun ajaran baru, penjualan seragam sekolah meningkat. Tahun ini bahkan mendekati dimulainya tahun ajaran baru malah belum ada peningkatan penjualan. Tahun kemarin, kami malah sampai kewalahan melayani pembeli, sekarang sepi sekali pembelinya,” ujar Ulfah.

Linda dan Ulfah menyampaikan bahwa sejak awal terjadinya pandemi Covid-19 sekitar 3 hingga 4 bulan lalu, pembeli seragam sekolah memang tidak banyak. Mendekati awal Ramadhan dan Lebaran ada beberapa pembeli yang mencari seragam sekolah. “Itupun tidak banyak dan hanya seragam SD saja,” kata Linda.

Dan kemudian penjualan semakin menurun seiring dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang justru mengharuskan sejumlah pasar tradisional termasuk pasar Blauran tutup sementara tidak melayani pembeli dalam rangka upaya pemutusan penyebaran Covid-19.

“Setelah tutup, sampai hari ini pasar Blauran masih belum ramai. Belum banyak pembeli mencari seragam sekolah. Kalau di hitung-hitung mungkin lebih dari 90% penurunannya. Sepi sekali memang. Yang beli seragam sekolah mungkin takut masih pandemi Covid-19 ini juga,” tambah Ulfah.

Suasana pasar Blauran lantai dua yang di beberapa tempat memang masih ditemui penjual seragam sekolah, pada masa-masa seperti saat ini, menjelang dimulainya tahun ajaran baru selalu diwarnai dengan pembeli yang biasanya datang bersama putera puterinya untuk mencoba ukuran seragam sekolah yang akan dibeli.

Tapi Selasa (7/7/2020) suasana di lantai dua pasar Blauran sepi. Tidak terlihat pembeli yang meanawar seragam sekolah atau mencoba mengukur sergaam sekolah bersama putera puterinya. Beberapa penjual seragam sekolah terlihat ngobrol bersama-sama penjual pakaian lainnya.

“Kalau dari awal pandemi Covid-19, penjualan terus turun. Ada satu dua pembeli seragam sekolah itu pas Ramadhan dan menjelang Lebaran. Selanjutnya sepi lagi sampai hari ini juga masih sepi pembeli seragam sekolah. Yang SMA, SMP, SD sama Pramuka masih belum laku banyak,” pungkas Linda.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
26o
Kurs