Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian memperkirakan neraca beras hingga Desember 2020 masih surplus, dengan stok tersisa mencapai 6,1 juta ton. Sehingga tercukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan hingga tahun 2021 mendatang.
Syahrul menyebutkan, bahwa luas tanam musim pertama pada Oktober 2019-Maret 2020 mencapai 6,7 juta hektare. Sehingga terdapat produksi beras mencapai 16,65 juta ton. Ada pun stok beras hingga akhir Juni diproyeksikan mencapai 7,49 juta ton.
“Kita masih punya stok dari sebelumnya hampir 5 juta ton, sehingga saat ini masih tersisa 7,49 juta ton. Stok ini akan ter-carry over pada Desember 2020,” kata Syahrul dalam Webinar bertajuk “Strategi Ketahanan Pangan di Era New Normal Pandemi Covid-19” di Jakarta, dilansir Antara, Selasa (9/6/2020).
Syahrul menjelaskan, bahwa pada musim tanam kedua, Kementan menargetkan luas tanam mencapai 5,6 juta hektare dengan produksi diperkirakan minimal 12,5 juta ton setara beras.
Untuk mengantisipasi kekeringan, Mentan menegaskan bahwa pihaknya melakukan percepatan tanam dengan mendorong para petani untuk memanfaatkan curah hujan yang masih tersisa pada bulan Juni ini.
Sejumlah daerah yang menjadi andalan produksi padi pada musim tanam kedua ini adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan dan Sumatera Utara.
Pada musim tanam kedua ini, Kementan mempersiapkan benih sebanyak 132.407 ton; pupuk bersubsidi 3,63 juta ton; dan alat mesin pertanian berupa traktor roda sebanyak 140.265 unit serta pompa 111.206 unit.
“Musim tanam kedua ini kurang lebih 5,6 juta hektare, diperkirakan produksi minimal 12,5 juta ton. Kalau optimis bisa mencapai 15 juta ton. Dengan neraca ini, kita bisa lihat stok beras aman,” kata Syahrul.
Dengan stok akhir Juni mencapai 7,49 juta ton dan perkiraan produksi pada musim tanam kedua mencapai 12,5 juta ton, Kementan memproyeksikan stok akhir beras pada Desember mencapai 6,1 juta ton. (ant/ang/ipg)