Lumbung Pangan Jatim sebagai program inisiasi dari Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur diklaim telah mampu mengontrol inflasi daerah.
Tiat Sutiarti Suwardi Kepala Biro Administrasi Perekonomian Setdaprov Jatim mengatakan, sejak digagas April lalu, Lumbung Pangan Jatim telah mampu menjadi kontrol inflasi, seperti saat hari besar keagamaan Idul Fitri, berdasarkan rilis data BPS Jatim, inflasi bisa terkontrol dengan sangat baik.
Sampai sekarang ini, layanan ongkir gratis Lumbung Pangan Jatim telah menjangkau 38 Kab/Kota dengan pusatnya berada di Kota Surabaya.
Dia bilang, Kota Surabaya dipilih sebagai pusat kegiatan Lumbung Pangan Jatim karena daerah tersebut sebagai wilayah dengan bobot inflasi terbesar bagi perhitungan inflasi Jatim maupun perhitungan inflasi nasional.
“Stabilitas harga komoditas strategis harus dijaga (khususnya pada masa pandemi Covid-19) karena komoditas strategis berkontribusi terhadap Garis Kemiskinan jika harga naik maka garis kemiskinan naik yang berdampak pada naiknya masyarakat miskin, maka program inisiasi ibu gubernur ini Alhamdulilllah telah memberikan kontribusi besar dalam kontrol inflasi daerah,” kata Tiat, Rabu (11/11/2020).
Misalnya saja beras, komoditas ini berkontribusi 25,97 persen Garis Kemiskinan Desa dan 20,59 persen Garis Kemiskinan Kota. Kemudian telur ayam ras berkontribusi 3,53 persen Garis Kemiskinan Desa dan 4,26 persen Garis Kemiskinan Kota, lalu gula berkontribusi 2,89 persen Garis Kemiskinan Desa dan 2,06 persen Garis Kemiskinan Kota.
Selanjutnya daging ayam ras berkontribusi 2,28 persen Garis Kemiskinan Desa dan 3,83 persen Garis Kemiskinan Kota, dan mie instan berkontribusi 2,16 persen Garis Kemiskinan Desa dan 2,40 persen Garis Kemiskinan Kota, serta berbagai komoditas strategis lain.
“Semua komoditas tersebut dijual di Lumbung Pangan Jatim dengan harga di bawah harga pasar dan tentunya gratis ongkir, ini yang menjadi kontrol inflasi. Dimana masyarakat tak khawatir dengan suplai komoditas, dan tidak khawatir karena harga barang yang tidak bergejolak bahkan justru di bawah harga pasar,” kata Tiat.
Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa Lumbung Pangan Jatim merupakan bagian dari Sistem Logistik Daerah yang sedang dikembangkan untuk menjaga stabilitas harga komoditas strategis di Jawa Timur.
Dengan mengoptimalkan teknologi informasi, Lumbung Pangan Jatim mampu menjadi mediator antara produsen yang pada saat pandemi terpuruk karena oversupply dengan konsumen serta memutar roda perekonomian logistik ojek online, kantor pos, yang terdampak pemberlakuan PSBB.
Lantaran program Lumbung Pangan Jatim direncanakan akan berakhir bulan Desember, saat ini dikatakan Tiat sedang dirapatkan dan dievaluasi untuk kelanjutan programnya.
“Kita masih evaluasi, dan menunggu arahan gubernur. Namun kita akan memulai untuk menyiapkan sistem logistik daerah. Dengan gubernur yang telah menugaskan PT JGU untuk menjadi intermediatory komoditas strategis, dan dimulai dengan komoditas telur dan daging ayam,” kata Tiat.
Di sisi lain, Mirza Muttaqien Ketua Pelaksana Lumbung Pangan Jatim mengatakan bahwa sejak dibuka hingga saat ini, total penjualan Lumbung Pangan Jatim telah mencatat angka Rp 20,3 miliar.
“Total nilai penjualan via daring Rp 9,5 miliar, dan penjualan di outlet di Jatim Expo mencapai Rp 10,7 miliar,” kata Mirza.
Dengan total volume pemesanan sebanyak 137.172 kali, yang terdiri dari volume pemesanan outlet di Jatim Expo sebanyak 71.440 kali, dan volume pemesanan via daring sebesar 65.732 kali.
“Komoditas yang paling laku adalah gula pasir, minyak goreng, mie instan, telur, beras medium, beras premium, ayam frozen, bawang putih dan ikan fillet dori,” kata Mirza.(bid/iss/ipg)