Jumat, 22 November 2024

Ketua MTI Jatim: Harga BBM di Indonesia Manipulatif

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Bambang Haryo Soekartono Ketua MTI Jatim. Foto: Istimewa

Bambang Haryo Soekartono Ketua Masyarakat Transportasi (MTI) Jawa Timur menilai, harga BBM dalam negeri yang manipulatif membuat beban masyarakat di tengah pandemi Covid-19 semakin berat.

Mantan Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Fraksi Gerindra itu bilang, alasan dia menilai harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri manipulatif karena harga jualnya lebih mahal dari seharusnya.

Tingginya harga BBM ini mengakibatkan terjadinya ekonomi biaya tinggi dan harga barang lebih mahal sehingga beban masyarakat Indonesia semakin berat di tengah dampak ekonomi akibat Covid-19.

Salah satu indikasi harga BBM di Indonesia manipulatif, kata Bambang, bisa dilihat dari mahalnya harga solar di dalam negeri dibandingkan dengan yang ada di bunker pelabuhan Singapura.

Dia mengutip data bunker-ex.com. Harga bunker minyak diesel atau solar jenis MGO (HSD) atau solar nonsubsidi di pelabuhan Singapura tercatat USD 264 per 1.200 liter pada 17 Mei 2020.

Harga solar di pelabuhan transhipment terbesar Asia Tenggara itu, bila dikonversi dalam rupiah dengan asumsi kurs dolar terhadap rupiah Rp15 ribu per dollar AS, hanya Rp3.300 per liter.

“Lebih rendah dari harga solar nonsubsidi di Indonesia Rp7.300 per liter (harga awal Mei 2020). Bahkan di bawah harga solar subsidi di Indonesia Rp5.150 per liter,” ujarnya, Senin (18/5/2020).

Sebab itulah, dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, dia bilang, pelabuhan internasional di Indonesia tak mampu bersaing dengan pelabuhan Singapura, karena harganya 2-3 kali lipat.

“Padahal, jargon Pak Jokowi Presiden adalah dunia maritim Indonesia harus bisa bersaing secara global,” katanya.

Bambang yakin, harga solar nonsubsidi di dalam negeri seharusnya tak lebih dari Rp4.300 per liter meski ada beban pajak empat persen dan ongkos angkut sampai ke pelosok dengan biaya logistik termahal di dunia sebesar 26 persen.

“Jadi, solar nonsubsidi seharusnya dijual di bawah Rp4.300 per liter, sedangkan solar subsidi seharusnya dijual maksimal Rp3.300 per liter,” kata pria yang juga maju di Pilkada Sidoarjo 2020 itu.

Dia pun mempertanyakan sikap pemerintah yang tidak menggubris tuntutan berbagai kalangan untuk menurunkan harga BBM, terutama solar yang sangat dibutuhkan sektor industri, transportasi publik, perikanan dan maritim, restoran dan pariwisata, juga UMKM.

“Saya merasa heran kenapa Jokowi Presiden dan kabinetnya, kok, tidak ada perhatian soal ini dan bahkan tutup mata, tutup telinga. Ada apa ini? Apakah ingin membiarkan ekonomi Indonesia hancur?”

“(Padahal) makin banyak tenaga kerja yang di-PHK dan (pemerintah seolah) membiarkan perusahaan nasional kita bangkrut dan dikuasai oleh asing,” ungkapnya.

Bambang menegaskan, harga bahan bakar yang dia sinyalir telah dimanipulasi adalah bentuk penzaliman terhadap hak rakyat yang seharusnya bisa membeli barang atau kebutuhan pokok dengan harga lebih murah.

“Pertamina tidak juga menyesuaikan harga sejak minyak dunia turun drastis sejak awal tahun, padahal APBN sendiri telah mengalokasikan subsidi untuk BBM tertentu, termasuk solar sebesar Rp1.000. Ini sama saja penyimpangan terhadap anggaran APBN dan harus diusut,” tegasnya.

Mantan Anggota Komisi VI DPR RI itu pun mendesak DPR RI bersama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaudit Pertamina dan Kementerian ESDM.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga dia minta turut mengusut dan mengaudit BUMN itu, yang dia nilai sudah merugikan konsumen dan dunia usaha karena membiarkan mereka membeli bahan bakar dengan harga lebih mahal.

“Harga solar lebih murah seharusnya jadi insentif bagi industri dan usaha lain untuk bangkit dari dampak Covid-19. Tetapi kesempatan ini disia-siakan oleh pemerintah sehingga menjadi bumerang bagi ekonomi nasional,” katanya.

Dia menambahkan, harga minyak mentah dunia sempat turun drastis bulan lalu. Harga minyak mentah Brent untuk kontrak Juni, misalnya, anjlok di bawah 20 dollar AS per barel.

Sementara, kata Bambang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat anjlok mencapai 12 dollar AS per barel, bahkan sempat di bawah 0 dollar AS per barel.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
26o
Kurs