Memasuki masa transisi new normal, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mulai melakukan pendekatan kepada sejumlah investor. Salah satunya kepada investor dari Jepang.
Dalam pertemuan yang digelar di Graha Kadin Jatim bersama Tani Masaki Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kadin Jatim mengatakan untuk saat ini, salah satu yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Jatim adalah sektor agrobisnis.
Sementara Jepang, lanjut dia, memiliki teknologi yang bisa diterapkan dalam pengembangan sektor agrobisnis tersebut.
“Untuk itulah kemudian kami menawarkan kepada mereka untuk berinvestasi di sektor ini. Kalau sebelumnya Jepang kebanyakan berinvestasi di manufaktur, maka dengan adanya Covir-19, kita ajak mereka untuk merambah ke sektor agrobis karena lebih potensial,” ujar Adik, berdasarkan rilis yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (19/6/2020).
Dalam pertemuan itu, juga hadir Turino Junaidi Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kadin Jatim, Ardi Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Tommy Kaihatu Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Promosi Luar Negeri, M. Rizal Wakil Ketua Umum Bidang Konstruksi dan Konsultan, dan Tri Prakoso Wakil Ketua Umum Bidang Migas.
Lebih lanjut, Adik mengatakan bahwa pandemi Covid-19 bukanlah halangan untuk terus berusaha menarik investor. Karena masih banyak investor yang melirik dan berkeinginan untuk menanamkan investasinya di Jatim, terlebih dengan besarnya pasar dalam negeri.
Dia berharap, ada komitmen dari pemerintah untuk mempermudah masuknya investasi, mulai dari kemudahan dan cepatnya perijinan hingga kemudahan yang lain.
“Misalnya perijinan IMB masih lama, AMDAL masih lama dan berbelit. Tambang juga masih lama. Karena harapan saya setelah pandemik ini Perpres 80/2019 bisa langsung jalan. Karena dalam Perpres ini ada infrastruktur dan agrobis. Target 2021 awal bisa langsung jalan. Sekarang kita mulai menarik investor dan buktinya masih ada investor yang berminat untuk berinvestasi di Jatim,” ujar Adik.
Turino Junaidi Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kadin Jatim menambahkan, dalam masa pandemi ini memang ada tiga sektor yang masih potensial untuk digarap, karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pertama adalah sektor kesehatan, kedua agrobisnis dan ketiga logistik.
Untuk itulah investor Jepang juga harus mulai mengubah mindset. Jika biasanya mereka berinvestasi di sektor manufaktur, maka inilah saat yang tepat untuk mulai investasi di sektor pertanian.
“Jangan selalu berpikir otomotif, karena saat ini ketika ngomong otomotif akan sulit. Justru pertanian ini yang sangat potensial, ada peluang di sini. Karena pandemi, semua orang tetap butuh makan dan otomotif saat ini tidak masuk skala prioritas. Sementara Jepang ini kan ahlinya riset, nomor dua setelah Israil, ini bisa diterapkan di sektor pertanian” tegas Turino.
Dalam praktiknya nanti, pengusaha Jatim juga menawarkan skema kerjasama dan pengusaha Jatim siap menjadi mitra lokal investor Jepang. Tawaran ini dilatarbelakangi karena sulitnya produk pertanian Jatim masuk ke pasar Jepang karena banyaknya protokol yang harus dipenuhi. Jika ada pengusaha Jepang yang mau bermitra, Turino optimistis pasar Jepang bakal mudah ditembus.
Selain untuk mempermudah produk pertanian masuk pasar Jepang, skema kerjasama ini diharapkan bisa meningkatkan produktifitas komoditas yang ditanam. Karena hampir seluruh komoditas pertanian di Jatim produktifitasnya masih rendah dibanding negara lain karena kurangnya penerapan teknologi pertanian.
“Kita butuh adanya teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi. Misal produksi kentang Jatim masih sekitar 8 ton, di China produksinya sudah mencapai 15 ton, ini proyek sangat besar. Ini peluang sangat besar karena Jatim miliki potensi yang luar biasa,” tandasnya.
Menanggapi tawaran tersebut, Tani Masaki mengatakan pihaknya sangat tertarik dan akan mempelajari serta akan mempertimbangkannya. Ia akan terus berkoordinasi dengan para investor Jepang dan juga Kadin Jatim agar keinginan kedua belah pihak bisa terealisasi dengan mudah dan lancar.
“Sebenarnya investor Jepang sangat berminat di Indonesia dan Jatim tetapi ada beberapa kendala sehingga ini harus diatasi bersama. Indonesia akan menjadi tempat yang sangat menarik bagi investor luar negeri karena penduduknya sangat besar, tanah luas dan sumber alam juga beragam,” ujar Masaki.
Ia kemudian bercerita jika saat ini perusahaan Jepang yang ada di Jatim masih tetap bisa bertahan dan tidak ada yang tutup, walaupun produksi mengalami penurunan akibat merebaknya pandemi Covid-19 di seluruh dunia.
“Mereka masih bertahan dan menginginkan untuk tetap berada di Jatim. Ada sekitar 150 perusahaan yang ada dan masih tetap berproduksi,” katanya. (ang/iss)