Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menegaskan bahwa ada dua strategi yang harus dilakukan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar bisa menang di pasar ekspor, pertama adalah startegi utama dan kedua strategi penunjang.
Strategi utama tersebut adalah konsisten dalam empat hal, konsisten dalam kualitas produk, konsisten dalam kuantitas produk, konsisten dalam harga dan terakhir konsisten dalam hal waktu. Strategi utama ini menurutnya tidak hanya harus dilakukan oleh UMKM untuk menangkan pasar ekspor tetapi juga untuk menangkan pasar domestik.
Menurutnya, UMKM harus benar-benar fokus konsisten dalam kualitas produksi. Ini sangat penting karena masih banyak UMKM yang kualitasnya tidak stabil. Sementara konsisten dalam hal kuantitas juga diperlukan agar tidak menggangu kontrak yang telah dibuat dengan pembeli luar negeri. Karena kadang UMKM ini sekali waktu bisa memproduksi banyak tetapi sekali waktu tidak. Konsisten dalam harga karena terkait dengan kepercayaan dan konsisten dalam hal waktu terkait dengan jadual pengiriman barang.
“Ini yang harus dijaga. Konsisten di empat hal tersebut sedang dilakukan oleh Kadin Jatim bersama Kadin Kabupatan dan Kota dalam melakukan pendampingan UMKM ,” tegas Adik Dwi Putranto saat Webinar dengan tema “Strategi UMKM untuk Menembus Pasar Dunia”, Sabtu (1/8/2020) dalam rangka pelaksanaan UMKM Virtual Expo 2020 yang digelar oleh Pemerintah Kota Kediri, Kadin Kota Kediri dan Kantor Bank Indonesia Kediri.
Strategi kedua atau strategi pendukung adalah bagaimana UMKM bisa memanfaatkan online marketing atau digital marketing serta menggunakan market place yang level internasional untuk memasarkan produk yang dijual. Dalam hal ini, Kadin Jatim telah membentuk tim untuk memberikan pelatihan kepada mereka bagaimana memanfaatkan teknologi digital dalam hal pemasaran.
Selain itu, UMKM juga harus bisa memanfaatkan jaringan internasional yang dimiliki Indonesia di luar negeri, seperti Konsul dagang, Diaspora dan Kadin Jatim Representatife Office. Selain itu juga ada jaringan The Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC), yaitu organisasi nirlaba milik pemerintah di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pengembangan Expor Nasional Indonesia.
Di sisi lain, kata Adik, UMKM juga harus memanfaatkan kerjasama perdagangan yang telah dilakukan oleh Indonesia. Sesuai data di Kementerian Keuangan, ada sejumlah kerjasama yang telah ditandatangani Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk menekan biaya produksi, di antaranya ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), ASEAN-China Free Trade Area ( ACFTA), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) serta ASEAN-Australia-New Zealand FTA.
“UMKM juga harus bisa memanfaatkan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta Kadin Kabupaten dan Kota serta bisa memanfaatkan stimulus apapun yang telah diberikan pemerintah untuk meringankan beban pengusaha,” kata Adik.
Dan saat ini, Kadin Jatim juga tengah melakukan pencetakan potensi produk unggulan yang bisa diekspor. Agar pemetaan ini bisa lebih sempurna, Kadin Jatim berharap Diaspora juga bisa membantu apa saja produk yang diperlukan di negara tujuan ekspor. “Riset pasar diperlukan, sehingga ketika UMKM mau berdagang di suatu negara, maka ini yang akan ditawarkan” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bea Cukai Kediri Suryana mengatakan bahwa memang tidak semua pelaku UMKM yang mengerti tentang pasar ekspor. Dan sejauh pengalamannya, ia membagi UMKM dalam tiga kluster. Kluster pertama adalah UMKM yang sudah melakukan ekspor tetapi belum manfaatkan fasilitas fiskal.
“Kedua UMKM yang mempunyai potensi ekspor tetapi pemahaman tentang ekspor masih minim. Mereka masih berfiikiran jika ekspor itu harus dengan volume besar. Padahal tidak. Untuk itu, kami mencoba dengan memanfaatkan jasa titipan Kantor Pos untuk konsolidasi barang dari Kediri,” ujar Suryana melalui keterangan tertulis.
Kluster ketiga adalah UMKM yang telah melakukan ekspor dalam volume kecil-kecil tetapi jika dikumpulkan bisa menjadi barang ekspor dengan skala besar dan bisa menjadi satu stressing konsistensi produk. “Ini PR kita bersama, bagaimana produk yang sama tidak bersaing tetapi justru bisa bersinergi,” tegasnya.
Terkait pemanfaatan fasilitasi fiskal oleh UMKM, ia mengatakan bahwa sejauh ini UMKM belum ada yang menggunakan, misalkan tentang relaksasi ijin impor bahan baku bagi UMKM.
“Ini juga menjadi tugas kita bagaimana memberikan pemahaman kepada mereka bahwa pasar sudah sangat terbuka, fasilitas juga sangat terbuka. Kalau warga karisidenan Kediri hanya jadi penonton, maka kita tidak akan bisa menang di rumah sendiri, tetapi justru menjadi tamu di rumah sendiri,” katanya.
Sementara itu, Rudolf Wirawan, perwakilan Diaspora Australia mengatakan siap untuk memasarkan produk kopi dari Indonesia, karena produk kopi dari Indonesia ini memiliki tiga hal yang menjadi syarat diterima oleh pasar luar negeri. Pertama adalah keunikan rasa, kepercayaan atau trust konsumen serta value atau nilai jual.
“Kopi Indonesia adalah kopi terbaik di dunia dengan cita rasa yang beragam, dari Sabang sampai Merauke. Karena Indonesia dikelilingi oleh ring off fire sehingga menjadikan komoditas kopi Indonesia memiliki keunikan yang berbeda,” katanya.
Norayanti Simaremare perwakilan Diaspora Belanda menambahkan bahwa sebenarnya banyak produk dari Indonesia yang diminati konsumen Belanda. Ini terbukti banyaknya produk Indonesia yang dijual di Asean Market dan ternyata produk tersebut tidak didatangkan langsung dari Indonesia tetapi dari negara tetangga Belanda.
“Di Asean Market, banyak barang Indonesia yang masuk. Tetapi ternyata barang itu ternyata diimpor oleh negara tetangga, dan dari tetangga dibawalah ke sini,” pungkasnya.(iss)