Dolar AS jatuh ke posisi terendah dua minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (15/4/2020) pagi, karena sentimen risiko kembali ke pasar menyusul data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan dari China, yang melukiskan gambaran yang kurang suram daripada yang dikhawatirkan setelah wabah Covid-19.
Ekspor China pada Maret turun 6,6 persen dari setahun sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 14 persen, sementara impor turun kurang dari satu persen, dibandingkan dengan penurunan 9,5 persen yang diprediksi oleh para ekonom.
“Dolar telah mempertahankan bias pelemahan moderat di tengah konteks posisi risk-on (pengambilan risiko) dan dengan pasar global kembali ke partisipasi penuh setelah libur akhir pekan panjang di banyak pusat keuangan di Eropa dan Asia-Pasifik,” tulis analis di Action Economics, seperti dilansir Antara.
Ia menambahkan, data perdagangan China untuk Maret memberikan dukungan bullish untuk pasar saham di Asia dengan menunjukkan pengurangan dalam tingkat penurunan impor dan ekspor setelah kejatuhan yang parah pada Januari dan Februari.
Kematian harian di Amerika Serikat juga turun tajam, dan negara-negara mulai membuat rencana untuk membuka kembali ekonomi mereka, mendorong para pedagang untuk meninggalkan jaring pengaman dari dolar yang sangat likuid dan beralih ke mata uang yang lebih berisiko.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, melemah 0,50 persen menjadi 98,90.
Euro menguat 0,62 persen terhadap greenback menjadi 1,0981 dolar. Dolar juga tergelincir 0,52 persen terhadap yen Jepang menjadi 107,2 yen.
Dolar Australia yang sensitif terhadap permintaan China karena ketergantungan negara itu pada ekspor bahan baku, naik ke tertinggi lebih dari satu bulan dan terakhir diperdagangkan di 0,6432 dolar, naik 0,80 persen pada hari itu.
“Peningkatan yang sedang berlangsung dalam sentimen risiko investor global dalam waktu dekat dikombinasikan dengan respons kebijakan agresif Fed yang mulai lebih membebani dolar AS,” kata Lee Hardman, analis mata uang di MUFG.
Pekan lalu, Federal Reserve AS meluncurkan upaya 2,3 triliun dolar AS untuk mendukung pemerintah daerah serta usaha kecil dan menengah dalam langkah terbaru untuk menjaga ekonomi AS tetap utuh saat negara itu memerangi pandemi virus corona.
Upaya terbaru The Fed menambah kelemahan dolar saat ini, kata para analis.(ant/iss/ipg)