Jumat, 22 November 2024

Ancaman Krisis Energi, Arum Sabil Ajak Melirik Bio Energi Perkebunan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Arum Sabil Arum Sabil Tokoh Perkebunan Jatim. Foto: Istimewa

Memperingati Hari Perkebunan Nasional pada 10 Desember 2020 Arum Sabil Tokoh Perkebunan Jatim mengingatkan kembali potensi ancaman krisis energi dan pangan 30 tahun mendatang.

Pada 2050 mendatang ada perkiraan jumlah populasi penduduk bumi menembus 10 miliar. Tahun ini saja jumlah manusia berada di angka sekitar 7 miliar jiwa.

Sementara luas permukaan bumi kurang lebih sekitar 510.072.000 kilo meter persegi. Dengan luas daratan sekitar 148.940.000 kilo meter persegi atau setara 29,2 persen luas bumi.

Sedangkan luas perairan sekitar 361.132.000 kilo meter persegi atau sekitar 70,8 persen dari total luas permukaan bumi.

Menurut Sabil, jika populasi umat manusia terus tumbuh dan berkembang, sementara luas daratan hanya 30 persen dari total luas bumi, yang muncul persoalan pangan dan energi.

“Tentu ini akan menjadi persoalan serius di masa yang akan datang,” katanya, Jumat (11/12/2020).

Karena itu, pria yang akrab disapa Abah Arum itu bilang, tidak ada cara lain. Indonesia harus memaksimalkan lahan yang ada saat ini.

Menurutnya, manusia tidak bisa terus mengandalkan kebutuhan energi untuk tenaga listrik maupun bahan bakar dari cadangan minyak bumi.

Solusinya adalah energi terbarukan. Menurutnya, Indonesia harus segera mempersiapkan diri untuk energi yang selama ini didapat dari perut bumi. Dia tegaskan, harus ada inovasi.

“Harus mulai sekarang. Tidak ada waktu lagi untuk menyiapkan diri menggunakan energi terbarukan dari hasil pertanian dan perkebunan,” tambahnya.

Energi terbarukan itu antara lain biodiesel dan bioethanol yang bersumber dari hasil perkebunan seperti kelapa sawit maupun pohon kelapa yang tumbuh di sekitar masyarakat.

“Itu bisa dikembangkan menjadi bio diesel. Itu semua adalah komoditi perkebunan,” ujarnya.

Dia mencontohkan, Brazil misalnya, yang sudah mampu memanfaatkan perkebunan-perkebunan tebu di negara tersebut sebagai penghasil bioethanol.

Menurut Abah Arum, penggunaan bioethanol di Brazil adalah kebijakan pemerintah di mana penggunaan bahan bakar minyak dari bioethanol sudah mencapai 95 persen.

“Itu landasannya, karena memang kebijakan pemerintah mengharuskan menggunakan bioethanol yang dampak manfaatnya adalah ramah lingkungan,” ucapnya.

Sistem pengalihan sumber bahan bakar seperti ini juga tengah digalakkan di semua negara. Beberapa negara sudah mulai memakai bioethanol berbahan baku tebu.

“Karena tebu di samping diproses menjadi gula ada produk samping namanya molasis yang bisa diproses jadi ethanol sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan,” jelasnya.

Selain tebu, bioethanol juga bisa dihasilkan dari hasil pertanian seperti jagung hingga cassava (singkong).

“Nah, tidak bisa kita hindari bahwa suatu saat cadangan minyak bumi akan habis. Mau tidak mau kita harus beralih ke bio energi atau energi terbarukan ini,” katanya.

Menurutnya, masyarakat dunia saat ini rawan menghadapi permasalahan pangan, masalah energi. Dia khawatir ini akan menjadi konflik antarmanusia di muka bumi.

Pada Hari Perkebunan Indonesia ini Arum Sabil pun mengajak lintas sektor untuk bersama-sama meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan di Indonesia.

Dia juga mengajak pelaku pertanian dan perkebunan terus berinovasi melakukan sinergi dengan pihak-pihak terkait agar hasil pertanian dan perkebunan mereka bernilai ekonomi.

Tidak sekadar memberdayakan, namun memberikan masa depan terhadap persoalan dunia yaitu persoalan energi dan pangan di masa yang akan datang.

“Selamat Hari Perkebunan Indonesia semoga kita semua selalu dirahmati oleh Allah SWT. Salam sehat dan bahagia,” ujar Arum Sabil.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs