Riset menunjukkan terdapat 12 juta pengguna baru e-commerce selama pandemi Covid-19, menurut laporan tahunan terbaru dari startup solusi e-commerce, Sirclo, berjudul “Navigating Indonesia’s E-commerce Covid-19 Impact & The Rise of Social Commerce.”
“Kita lihat ada 12 juta pengguna e-commerce baru selama Covid-19 yang hampir berjalan selama 9 bulan ini, dan dari survei yang kami lakukan juga, setidaknya 40 persen yang akan menjadikan belanja online sebagai kebiasaan,” kata Brian Marshal pendiri sekaligus CEO Sirclo, dilansir Antara, Rabu (4/11/2020).
Angka 40 persen tersebut, menurut Brian, akan terus berkembang. Dia melihat pengguna baru cenderung tetap memilih berbelanja online menggunakan platform e-commerce, tidak bersifat temporer hanya di masa pandemi saja.
Secara umum, Brian mengungkapkan pertumbuhan e-commerce meningkat lebih dari 90 persen, jauh dari perkiraan sebelumnya yang diprediksi meningkat 54 persen.
“Hampir dua kali lipat pertumbuhan e-commerce kita tahun ini dibanding tahun sebelumnya, itu bahkan jauh lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya, padahal based angka tahun sebelumnya lebih kecil,” kata Brian.
Pertumbuhan ini, menurut Brian, akan berdampak pada tahun-tahun berikutnya.
“Pandemi ini kita lihat langsung, baik melalui data makro yang kami peroleh, maupun langsung dari klien-klien kami. Kami melihat bahwa memang ada percepatan, yang tadinya sudah cepat, makin cepat,” Brian melanjutkan.
Dari sisi produk, Brian mengatakan, pada awal pandemi produk terkait sanitasi, misalnya hand sanitizer, melonjak luar biasa. Bahkan, sampai kuartal ketiga permintaan terkait produk tersebut masih tinggi, meskipun angka tidak melonjak seperti pada kuartal pertama ke kuartal kedua.
Sementara, terkait perilaku pengguna e-commerce, riset Sirclo menunjukkan bahwa sekitar 20 persen atau 1 dari 5 orang yang berbelanja online, melakukan belanja online sebanyak 9 kali per bulan atau sebanyak dua kali dalam sepekan.
Pengguna e-commerce sebanyak 58 persen adalah perempuan. Di sisi lainnya, konsumen pria juga tidak kalah banyak, yaitu 42 persen.
“Sekarang semua orang sudah berbelanja online, tidak lagi kontras secara gender,” ujar Brian.
Secara medium, smartphone terus melaju cepat mendominasi transaksi online. Sebanyak 95 persen pengguna saat ini berbelanja melalui smartphone. Ini, menurut Brian, ditambah fakta bahwa akses internet saat ini lebih banyak dilakukan melalui smartphone
Sementara, lebih dari 90 persen berbelanja di marketplace. Sejak dua hingga tiga tahun terakhir, Brian mengatakan marketplace memang telah mendominasi sebagai jalur atau kanal utama orang berbelanja online di Indonesia.
Pada peringkat selanjutnya, setelah marketplace, sebanyak 51 persen pengguna e-commerce memilih kanal website untuk berbelanja online, dan 44 persen memilih menggunakan jalur media sosial.
“Dari semua orang yang berbelanja online itu sudah kurang dari setengahnya yang berbelanja dari jalur atau kanal yang bisa dibilang bukan kanal e-commerce sesungguhnya, seperti melalui Instagram, WhatsApp,” ujar Brian. (ant/dfn)