Jumat, 22 November 2024

Impor Meningkat, Mendag: Jangan Berkecil Hati

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Enggartiasto Lukita Menteri Perdagangan(Mendag) di Surabaya, Selasa (26/2/2019). Foto: Anggi suarasurabaya.net

Nilai impor yang tumbuh lebih kencang daripada nilai ekspor membuat neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2018 mengalami defisit sebesar 8,57 miliar dolar AS. Pada tahun sebelumnya neraca perdagangan Indonesia surplus 11,8 miliar dolar AS.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, nilai impor Indonesia pada 2018 naik dari 20,15 persen menjadi 188,63 miliar dolar AS. Sementara nilai eskpor hanya tumbuh dari 6,65 persen menjadi 180,06 miliar dolar AS. Sehingga, sepanjang tahun 2018 defisit perdagangan mencapai 8,57 miliar dolar AS. Kondisi ini merupakan yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.

Menanggapi itu, Enggartiasto Lukita Menteri Perdagangan mengatakan, kegiatan impor merupakan hal yang saat ini dibutuhkan untuk Indonesia. Sebab, mayoritas barang yang diimpor adalah bahan baku dan barang modal.

Dengan komposisi 75 persen barang baku, 16 persen barang modal, dan 9 persen barang konsumsi. Kegiatan impor ini diyakini mampu berkontribusi pada pertumbuhan investasi, mengisi kebutuhan dalam negeri hingga menunjang kegiatan ekspor. Dia pun optimis, capaian-capaian ini akan segera dirasakan beberapa tahun ke depan.

“Yang pasti kita tidak usah berkecil hati. Karena impor kita itu mayoritas dari bahan baku dan barang modal. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi dan yang nanti pada dasarnya juga mengisi kebutuhan dalam negeri dan untuk ekspor itu meningkat. Itu baru kita nikmati tahun-tahun depan ini,” kata Enggar di Surabaya, Selasa (26/2/2019).

Enggar menambahkan, Joko Widodo Presiden RI dalam hal ini sering memberikan catatan, supaya ketergantungan pada bahan baku harus diantisipasi dengan cara dibuat industri penggantinya. Menurutnya, itu memerlukan waktu yang cukup lama.

Meski demikian, pihaknya mengaku sudah mulai mempersiapkan untuk industri pengganti tersebut. Dari sekian barang impor, menurutnya impor barang konsumsi yang lebih dihati-hati dari barang lainnya.

“Impor jangan dihalangi. Kita perlu impor, walaupun Presiden sering memberikan catatan agar tidak ketergantungan sama bahan baku. Caranya dibuat industri penggantinya. Tapi itu tidak mudah, ya tapi kita mulai mempersiapkan. Hanya impor barang konsumsi yang lebih hati-hati. Kita tidak boleh melarang, tapi harus hati-hati,” jelasnya. (ang/wil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs