Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur mencatat ekonomi di wilayah setempat pada triwulan I tahun 2019 tumbuh 5,51 persen dibanding triwulan yang sama tahun 2018 dan tumbuh 0,13 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Teguh Pramono Kepala BPS Jatim di Surabaya, Rabu (8/5/2019) mengatakan pertumbuhan itu terlihat dari sisi produksi dengan beberapa kategori mengalami pertumbuhan positif.
Pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 7,86 persen.
“Selanjutnya, industri pengolahan sebesar 7,28 persen, kemudian penyediaan akomodasi dsn makan minum sebesar 6,87 persen,” katanya, seperti dilansir Antara.
Tingginya pertumbuhan ekonomi lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial dikarenakan jumlah pengunjung di klinik kesehatan meningkat, akibat faktor cuaca ekstrim, suhu dingin, musim hujan, dan banjir.
Untuk pertumbuhan ekonomi lapangan usaha industri pengolahan didorong peningkatan industri makanan dan minuman, serta industri tekstil, karena perusahaan-perusahaan menaikkan produksi untuk stok menghadapi momen puasa dan lebaran.
Sedangkan industri kertas dan percetakan juga meningkatkan produksinya, karena adanya pencetakan kertas suara dan alat peraga untuk keperluan Pemilu 2019.
Teguh mengatakan pertumbuhan ekonomi lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum juga marak, karena munculnya belanja makanan daring, seperti go food, grab food, dan sebagainya, yang selalu mengadakan promo.
Secara umum, kata Teguh, struktur ekonomi Jawa Timur menurut lapangan usaha triwulan I/2019 didominasi tiga lapangan usaha utama, yaitu industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 30,42 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 18,25 persen, dan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 11,78 persen.
“Lapangan Usaha Industri Pengolahan merupakan sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,18 persen. Kemudian diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,22 persen; Konstruksi sebesar 0,53 persen, serta Informasi dan Komunikasi sebesar 0,37 persen,” katanya. (ant/dwi/rst)