Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) di Lantai 4 Ballroom Grand City Convex, Rabu (5/12/2019) semakin seru. Prof DR Sri Adiningsih Dewan Pakar Institute of Social Economic and Digital (ISED) menjadi pembicara kedua, banyak mengulas kondisi ekonomi makro hingga pertumbuhan ekonomi digital.
Sri mengajak para peserta dan pelaku ekonomi agar tidak panik dengan kondisi ekonomi global. Sebab, ekonomi Indonesia pernah menghadapi krisis global tahun 1998 tapi masih bisa tumbuh hingga sekarang.
Mantan Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) ini mengatakan, perang dagang saat ini mungkin semakin panas, diawali dari China dan Amerika Serikat hingga menjalar ke Brazil, Argentina, Prancis dan lainnya. Menurut dia, perang dagang tidak perlu direspons berlebihan. Karena hal itu bagian dinamika ekonomi.
“Biasa itu. Sudahlah itu jauh di Eropa, Amerika. Kita ini sudah biasa menghadapi gejolak ekonomi,” ujarnya kepada audiens.
Menurutnya, hal itu terbukti iklim investasi di Indonesia baik asing maupun domestik masih tumbuh, meski menghadapi tekanan.
“Yang berat memang hubungan ekonomi dengan negara lain. Tapi, investasi asing atau domestik masih bertumbuh meski banyak tekanan,” katanya.
Menurut Sri, saat ini yang juga perlu diperhatikan adalah peluang ekonomi digital yang pelakunya anak muda semakin tumbuh, paling tidak sepertiga dari penduduk Indonesia.
Dalam paparan ini, Sri memberi catatan empat kesimpulan. Pertama, stabilitas ekonomi makro terjaga meski potensi instabilitas tinggi. Kedua, pertumbuhan ekonomi terjaga meski berpotensi turun. Ketiga, peluang meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke depan besar dengan manfaat pembangunan.
“Terakhir, dunia usaha mesti memanfaatkan semua peluang termasuk model bisnis new economy kalau ingin bertahan, tumbuh, dan berkembang,” katanya. (bid/tin/dwi)