Samsung tetap menduduki posisi teratas di dunia smartphone selama kuartal ketiga, menurut data dari Counterpoint Research, seperti dikutip dari Phone Arena, Sabtu (30/11/2019).
Untuk periode Juli hingga September, Samsung mengirimkan 78,2 juta unit, naik 2,5 persen dari 76,3 juta perangkat yang dikirimkan selama kuartal kedua 2019.
Untuk pengiriman tahun ke tahun, pertumbuhan Samsung mencapai 8,4 persen. Perusahaan teknologi asal Korea Selatan itu mengirimkan 72,3 juta ponsel selama kuartal yang sama tahun lalu.
Pangsa pasar Samsung tetap pada 21 persen, seperti yang terjadi sepanjang tahun 2019. Selama kuartal yang sama tahun lalu, Samsung memiliki pangsa pasar 19 persen. Samsung juga sukses dengan seri mid-range-nya Galaxy A yang berfokus pada fotografi dan daya tahan baterai yang lama.
Sementara itu, meskipun ditolak masuk di pasar Amerika Serikat, Huawei masih berhasil mengirim 66,8 juta ponsel pada Q3. Angka tersebut merupakan kenaikan 28,5 persen tahun-ke-tahun, dan 18 persen lebih tinggi dari jumlah perangkat yang dikirimkan selama kuartal kedua tahun ini.
Dilansir Antara, Huawei memiliki pangsa pasar 18 persen ponsel pintar global, naik empat poin prersentase dari tahun lalu. Bisnis Huawei secara global kemungkinan terpengaruh oleh kebijakan AS yang melarang ponsel terbaru Huawei mengunduh aplikasi Android milik Google, seperti Maps, Search dan Play Store.
Huawei Mate 30 dan Mate X keduanya memiliki versi open source dari Android yang sudah diinstal sebelumnya. Namun, pasar China membantu perusahaan meningkatkan pengiriman ponsel di negara tersebut sebesar 66 persen selama Q3. Di China, pangsa pasar Q3 Huawei adalah 42 persen.
Di posisi ketiga selama Q3 adalah Apple dengan jumlah pengiriman sebanyak 44,8 juta iPhone, turun 4,5 persen dari 46,9 juta perangkat yang dikirimkan selama kuartal yang sama tahun lalu.
Apple mulai mengirimkan iPhone terbaru selama Q3, sehingga tidak ada alasan untuk dibandingkan dengan Q2. Pangsa pasar iPhone 12 persen, sama dengan pangsa pasar Apple pada Q3 2018.
Sementara itu, Oppo dan Xiaomi masing-masing berada di posisi keempat dan kelima pada Q3. Oppo mengirim sebanyak 32,3 juta unit dari Juli hingga September. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan 33,9 juta ponsel yang dikirimkan selama kuartal yang sama tahun lalu.
Pangsa pasar Oppo secara global berfluktuasi antara 8 persen dan 9 persen, dan kini berada pada 9 persen, sama seperti tahun lalu. Ketika kuartal akan segera berakhir, Oppo merilis sekuel Reno, yang hadir dengan kamera depan pop-up, yang memungkinkan Reno menampilkan rasio layar-ke-bodi hampir 88 persen.
Xiaomi, dengan pangsa pasar 8 persen secara global, dikenal dengan harganya yang terjangkau di pasar berkembang, seperti India. Xiaomi mengirim 31,7 juta ponsel dari Juli hingga September, turun 4,8 persen dari 33,3 juta yang dikirimkan selama periode yang sama pada 2018. Angka tersebut juga sedikit menurun dari 32,3 juta yang dikirimkan selama kuartal sebelumnya.
Pabrikan China lainnya menyumbang 8 persen dari pasar smartphone global selama Q3 adalah Vivo. Angka tersebut sama dengan pangsa pasar Vivo selama kuartal ketiga tahun lalu, dan kuartal kedua tahun ini.
Vivo menunjukkan pertumbuhan, baik secara tahunan maupun keuntungan, yakni masing-masing 2,6 persen dan 1,6 persen. Secara keseluruhan, Vivo mengirim 31,3 juta perangkat pada kuartal tersebut.
Terakhir, produsen ponsel asal China, Realme, memiliki pertumbuhan yang kuat selama Q3, meskipun masih memiliki angka yang kecil. Realme tercatat mengirimkan 10,2 juta ponsel selama Q3, naik lebih dari tujuh kali lipat, dari 1,2 juta yang dikirimkan selama kuartal ketiga tahun lalu.
Angka tersebut juga meningkat dari yang dikirimkan, sebanyak 10 juta perangkat, yang dikirimkan selama Q2 2019. Realme juga telah meningkatkan pangsa pasar tiga kali lipat, dari 1 persen selama Q2, menjadi 3 persen pada akhir Q3 2019.
Secara keseluruhan, sebanyak 84,7 juta perangkat dikirimkan selama kuartal ketiga. Jumlah tersebut adalah penurunan besar, yakni sebanyak 25 juta atau 22,8 persen, dari tahun-ke-tahun.
Dengan operator memperluas layanan 5G mereka, akan lebih banyak konsumen yang diharapkan beralih ke 5G tahun depan, sehingga mereka perlu membeli ponsel yang kompatibel dengan jaringan 5G.
Ericsson memperkirakan akan ada 2,6 miliar pelanggan seluler 5G di seluruh dunia pada 2025. (ant/ang/iss)