Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada akhir pekan ditutup menguat di tengah koreksi mayoritas mata uang kawasan Asia.
Rupiah ditutup menguat 7 poin atau 0,05 persen menjadi Rp14.148 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.155 per dolar AS.
“Peluang penurunan suku bunga oleh The Fed AS pada Oktober naik. Itu sebagian disebabkan oleh komentar dari Presiden Fed Chicago Charles Evans yang berpendapat bahwa Fed cukup agresif untuk mendapatkan “momentum” ke dalam inflasi,” kata Ibrahim Assuaibi Direktur PT Garuda Berjangka di Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Dari eksternal lainnya, pasar mencari panduan atas negosiasi Brexit setelah media BBC mengutip sumber pemerintah dan mengatakan Inggris dan Uni Eropa tidak akan mengumumkan kesepakatan tentang Brexit hari ini. Laporan lain mengatakan bahwa kesepakatan masih bisa diumumkan akhir minggu ini.
Dari domestik, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap mencapai 5,1 persen pada 2019 meski Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraanpertumbuhan ekonomi dunia. Target tersebut akan tercapai jika Indonesia bisa menjaga konsumsi domestik yang tidak bergantung pada kondisi global.
Pertumbuhan permintaan domestik selama ini masih menunjukkan tren yang aman sebab berbagai permintaan dari ritel masih banyak yaitu ditunjukkan oleh Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia senilai 49.
“Guna mendorong peningkatan ekonomi, perbankan di Indonesia harus bisa menurunkan suku bunga kredit pada triwulan IV 2019 karena Bank Indonesia telah memangkas bunga acuan sebanyak tiga kali selama tahun ini,” ujar Ibrahim, seperti dilansir Antara.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.144 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.139 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.140 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.172 per dolar AS.(ant/ipg)