Senin, 20 Januari 2025

Produksi Kopi Arabika Jatim Perlu Digenjot untuk Penuhi Permintaan Dunia

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Kopi Arabika. Foto: Istimewa

Djoni Meidia Laksito Kasi Pengembangan Usaha dan Pemasaran Dinas Perkebunan Provinsi Jatim mengatakan, konsumsi kopi dunia diprediksi 9,96 juta ton pada 2020 mendatang. Sementara produksi kopi dalam negeri stagnan di angka 9 juta ton.

Akan terjadi defisit bila produksi kopi dalam negeri tidak ditingkatkan, sementara permintaan kopi dari luar negeri terus meningkat. Karena itu, produksi kopi di Indonesia perlu didorong agar terus meningkat.

Petani kopi di Jawa Timur saat ini mampu memproduksi 64.711 ton kopi per tahun. Sedangkan kebutuhan kopi per tahun di Jawa Timur, kata Djoni, sekitar 46.617 ton. Ada surplus 21.094 ton untuk memenuhi kebutuhan kopi nasional dan ekspor.

“Kebutuhan lokal Jatim sudah terpenuhi, bahkan lebih. Tetapi permintaan dari luar ini yang sangat tinggi. Kalau dihitung-hitung sesuai prediksi 2020 tadi, maka produksi kita masih defisit,” kata Djoni Senin (11/3/2019).

Dia optimistis, seiring dorongan dan dukungan yang dilakukan pemerintah, produksi kopi dalam negeri mampu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar. Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Kopi di Jawa Timur, kata dia, menunjukkan gairah.

Selain itu, Perhutani sebagai perusahaan BUMN juga mulai membuka lahannya untuk dikelola masyarakat. Djoni yang menaruh harapan besar pada pertumbuhan produksi kopi dalam negeri mengaku akan memaksimalkan pemanfaatannya.

Satu hal yang akan dia dorong adalah produksi kopi jenis Arabika oleh petani kopi di Jawa Timur. Selain kopi jenis ini memiliki nilai yang lebih tinggi di mata konsumen sehingga harganya mahal, kopi Arabika menjadi minat utama pasar dunia.

“Arabika nilainya lebih tinggi. Sekitar Rp75 ribu per kilogram, padahal masih biji. Kalau sudah roasting, harganya bisa Rp 100 ribu lebih. Robusta lebih murah. Rp30 ribu yang masih berupa biji, kalau roasting Rp60-Rp70 ribu,” kata Djoni.

Kenapa perlu ditingkatkan, karena produksi kopi Arabika di Jawa Timur hanya 6.829 ton pada 2017 lalu. Sedangkan untuk kopi Robusta, petani kopi di Jatim bisa memproduksi 31.017 ton pada tahun yang sama.

“Kami terus menggenjot budidaya kopi Arabika ini, karena permintaan ekspor ke pasar internasional sangat tinggi. Bukan berarti produksi Robusta diabaikan, ya, karena permintaan lokal tetap tinggi,” ujarnya.

Perlu diketahui, kopi Arabika adalah jenis kopi yang sangat sesuai ditanam di ketinggian 900 mdpl. Gayung bersambut, upaya Dinas Perkebunan Jatim mendorong pertumbuhan produksi kopi jenis ini sejalan dengan pembukaan lahan perhutani.

Dia menjelaskan, pengembangan kopi Arabika ini akan diprioritaskan bagi para petani kopi yang ada di pegunungan Ijen, Bromo Tengger Semeru (BTS), juga di lingkar Wilis. Potensi lahan pengembangan kopi dari perhutani mencapai 16.605 hektare.(den/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Senin, 20 Januari 2025
25o
Kurs