Industri otomotif nasional masih menyimpan optimisme terhadap angka penjualan pada paruh kedua 2019, meskipun mengalami penurunan sampai 13 persen pada semester pertama.
Mengutip data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan pada enam bulan pertama 2019 sebanyak 481.577 unit. Angka itu lebih rendah dibanding periode yang sama pada 2018 sebanyak 553.773 unit.
Suzuki Indomobil Sales (SIS) optimistis, penjualan mobil pada semester kedua akan melejit. Alasannya, tren berbelanja masyarakat cenderung meningkat pada semester kedua.
Selain itu, terdapat dampak politik terkait Pemilu yang menurun dan program penjualan seperti diskon yang ditawarkan menjelang akhir tahun.
“Memang, analisis tren market secara tahunan terbagi dua, semester pertama dan kedua. Tren musiman terjadi saat Lebaran. Pada lima sampai delapan tahun belakangan, tren penjualan naik setelah Lebaran (semester kedua),” kata Harold Donnel Head of Brand Development Marketing Research 4W PT SIS, dilansir Antara, Sabtu (20/7/2019).
Harold juga mengatakan, efek tahun politik akan segera berakhir. Sehingga, masyarakat yang semula mengambil sikap wait and see akan membelanjakan uang mereka menyusul suku bunga yang lebih stabil.
“Optimisme kami terhadap pasar karena Pemilu yang stabil, tren market pada semester kedua, dan program penjualan yang melimpah,” kata Harold sembari menambahkan Suzuki menaikkan target penjualan dalam GIIAS 2019 dari 1.000 unit pada 2018 menjadi 1.250 unit.
Sebagaimana Suzuki, Dian Ashmahani Brand Manajer Wuling Indonesia juga menyampaikan keyakinannya terkait pasar Tanah Air yang akan semakin baik pada paruh kedua 2019. Keyakinan itu sejalan dengan upaya Wuling melengkapi lini produknya dengan Almaz 7-seater.
“Kami harapkan (penjualan) naik. Kami belum bisa sebutkan target karena fokus kami adalah pengembangan diler dan aftersales,” ujar Dian.
Selama semester pertama 2019, Wuling menjual lebih dari tujuh ribu unit kendaraan yang didominasi model Almaz sebanyak empat ribu unit, disusul model Confero.
“Intinya (terjual) lebih dari 800 unit. Amin, kalau tembus sampai seribu,” kata Dian terkait proyeksi penjualan mereka selama penyelenggaraan GIIAS 2019 pada 18-28 Juli.
Mitsubishi juga menatap positif penjualan pada semester kedua, khususnya selama pameran GIIAS 2019. Jika pada 2018 mereka menyasar 3.350 unit mobil, merek asal Jepang itu menaikkan target penjualan menjadi 4.000 unit mobil pada 2019.
Imam Choiru Cahya, Kepala Grup Penjualan Mitsubishi Krama Yudha Sales Indonesia menyatakan model Xpander diproyeksikan menyumbang 60 persen dari total penjualan pabrikan berlogo “Tiga Berlian” selama GIIAS 2019.
Target Ekspor
Jika produsen dan distributor otomotif begitu optimistis menatap penjualan pada semester kedua yang dimulai pada GIIAS 2019, pandangan serupa tidak tampak secara eksplisit dari penyelenggara pameran otomotif tahunan itu.
Penyelenggara GIIAS 2019 tidak menyebutkan target penjualan selama ajang produk-produk kendaraan itu berlangsung.
Padahal, tujuan penyelenggara dengan menggelar GIIAS lebih awal pada Juli, pada 2018 digelar Agustus, untuk mendongkrak penjualan otomotif semester kedua 2019.
“Kami memajukan rangkaian (pameran) ini sekitar dua sampai tiga minggu agar dapat mendongkrak penjualan yang sempat menurun pada kuartal pertama di tahun ini,” ujar Yohannes Nangoi Ketua Umum Gaikindo, pada Juni di Senayan.
Sedangkan pada pembukaan pameran, Nangoi kembali tidak membahas target penjualan GIIAS, tetapi malah menyinggung target ekspor otomotif yang diharapkan mencapai 300ribu unit pada 2019.
Alasannya, menurut Nangoi, GIIAS adalah jendela bagi negara lain untuk melihat produk Indonesia sehingga diharapkan ada kemungkinan negara lain memboyong produk otomotif dalam negeri.
Pemerintah, melalui Airlangga Hartarto Menteri Perindustrian, juga tidak menyinggung penjualan mobil pada 2019. Menteri Perindustrian, sebagaimana Gaikindo, justru berharap adanya peningkatan ekspor yang menyetuh satu juta unit dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
Airlangga juga berharap 20 persen dari kendaraan yang diekspor adalah kendaraan berjenis ramah lingkungan. Artinya dalam periode itu, Indonesia sudah memiliki basis produksi kendaraan listrik.
“Kami berharap dalam pameran ini ada launching, minimal satu juta unit ekspor pada 2025 dengan 20 persen di antaranya adalah electric vehicle,” kata Menperin dalam pembukaan GIIAS 2019.
Sebelumnya, Jusuf Kalla Wakil Presiden dalam pembukaan GIIAS 2019 di ICE BSD Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019), mengatakan industri otomotif di Indonesia akan terus mendapat dukungan dari pemerintah karena industri tersebut memiliki efek berganda.
“Pemerintah mendukung industri mobil dengan infrastruktur yang berkembang, baik sistem jalannya dan juga logistiknya. Punya multiplier effect yang luas, punya ratusan vendor yang berkembang satu sama lainnya,” kata Wapres.
Wapres mengatakan, industri otomotif yang berkembang juga menjadi penanda bahwa suatu negara telah maju, ditandai dengan kemacetan yang juga meningkat di negara tersebut.
“Tanda-tanda ekonomi suatu bangsa bagus itu kalau sudah macet, karena hanya negara yang penduduknya mampu beli mobil yang bisa menimbulkan macet,” kata Wapres.
Mengacu data sebelumnya dari Gaikindo, Indonesia memang layak memandang positif industri otomotif menyusul tren positif penjualan pada 2017 ke 2018. Pada 2018, Indonesia menjual 1.151.413 unit kendaraan dan melewati angka penjualan pada 2017 yang mencapai 1.079.886 unit.
Jongkie Sugiarto Ketua I Gaikindo memproyeksikan, penjualan mobil di Indonesia masih dapat bertahan pada angka 1,1 juta unit pada 2019.
“Semoga, mudah-mudahan, doakan, bisa mencapai 1,1 juta unit. Masih panjang lho, masih enam bulan lagi sampai akhir tahun,” kata Jongkie. (ant/ang)