Paksi C.K. Walandouw Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LDFEB UI) mengatakan, banyaknya jumlah rider ojek online di Indonesia ternyata tidak terlalu berdampak pada turunnya kesejahteraan rider.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan lembaganya pada bulan November 2018 hingga Januari 2019 lalu, dengan melibatkan 3.886 rider Ojek Online dari aplikator Gojek di beberapa daerah Indonesia, rata-rata penghasilan mitra masih berada di atas rata-rata UMK daerah survei.
“Mitra masih yakin dapat menyejahterakan keluarganya dengan menjadi rider ojek online,” ujar Paksi dalam konferensi pers hasil penelitian yang digelar di Surabaya pada Jumat (24/5/2019).
Selain Paksi, Alfindra Primaldhi peneliti lain juga mengatakan, rata-rata rider masih merasa puas dengan pekerjaan mereka meski mengalami penurunan jika dibanding pada tahun 2017 lalu ketika jumlah rider belum terlalu banyak.
“Kepuasan (kerja, red) selalu berkaitan dengan penghasilan. Masih tinggi tapi ada penurunan,” kata Alfindra.
Dalam penelitian ini, Paksi mengatakan, kontribusi Go-Ride pada perekonomian nasional bahkan mencapai Rp 16,5 Triliun per tahun. Ia juga mengungkapkan, bahwa penghasilan rata-rata rider ojek online ini meningkat 45 persen setelah bergabung dengan gojek. Pengeluaran juga makin tinggi, yaitu meningkat 25 persen.
Ia menegaskan, agar tren positif ini tetap terjaga, regulasi-regulasi yang akan dibuat harus mampu menjaga kontribusi besar ojek online pada perekonomian nasional.
“Karena didalamnya ada banyak pihak. Kita berhadapan dengan kebijakan yang ada kedepan, apakah kontribusi (ojek online pada perekonomian, red) makin kecil atau makin tinggi,” pungkasnya. (bas/iss/rst)