Sabtu, 23 November 2024

Emil Dorong UKM dan IKM Jatim Menembus Pasar Jepang

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jatim di acara Business Matching Indonesia-Jepang, Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur di Kantor Perwakilan BI Jatim, Selasa (30/4/2019). Foto: Humas Pemprov Jatim

Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jatim mendorong pengembangan communal branding agar pelaku usaha kecil menengah (UKM) dan industri kecil menengah (IKM) di Jawa Timur dapat semakin solid menembus pasar ekspor internasional, khususnya pasar Jepang.

Dalam konsep communal branding, kata dia, pemerintah harus hadir membantu membuka pintu bagi para pelaku usaha. Termasuk memilih siapa pelaku UKM dan IKM yang produknya telah memenuhi kualitas merek ekspor itu.

“Tentunya harus ada standardisasi kualitas untuk meningkatkan ekspor. Beberapa pelaku UKM dan IKM bisa gabung dalam satu pintu,” kata Emil di acara Business Matching Indonesia-Jepang, Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur di Kantor Perwakilan BI Jatim, Selasa (30/4/2019).

Emil menyadari, untuk membangun communal branding, sebuah merek bersama yang didorong unutk menembus pasar internasional, tidak semudah yang dibayangkan dan risikonya juga cukup besar.

Meski demikian, Emil yakin, dengan konsep communal branding ini produk-produk UKM dan IKM Jatim dapat menembus pasar ekspor mancanegara. Jepang, kata dia, adalah negara potensial dan pasar dollar dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik.

Tantangannya, kata dia, Jepang menerapkan kontrol kualitas atau quality control sangat tinggi atas produk yang masuk ke negaranya. Tidak hanya itu, total quality management juga terus dilakukan di negara itu.

Emil pun mengatakan, communal branding yang akan dikembangkan di Jawa Timur harus benar-benar mempertahankan kualitas produk untuk menembus pasar Jepang. Keuntungan bermain di pasar Jepang, kata dia, bila sekali sudah masuk ke negeri Sakura itu maka sebuah brand tidak mudah menjadi captive atau dipenetrasi pesaing.

“Jangan sekali kita kasih produk, mereka kurang suka, terus kita berhenti. Kita harus terus mencoba karena memang prosesnya tidak mudah. Orang Jepang teamwork-nya sangat tinggi, sangat patuh terhadap peraturan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga tidak ada orang yang menyimpang dari aturan,” katanya.

Emil lantas bercerita tentang communal branding yang dia terapkan di Kabupaten Trenggalek. Di sana, para perajin batik dikumpulkan dalam sebuah communal branding batik dengan merek Terang Galih.

Merek ini pun telah didaftarkan dan produknya pun telah dipasarkan hingga pusat perbelanjaan Sarinah di Jakarta. Menurutnya, ini bisa diterapkan bagi para pelaku UKM dan IKM di Jawa Timur sehingga membuka pintu masuk ekspor ke mancanegara.

Emil mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang memberikan pelatihan serta pembinaan agar pelaku IKM di Jatim memiliki produk berkualitas sehingga mampu menembus pasar mancanegara.

Sebagai penjaga rupiah, kata Emil, BI memang memiliki tugas untuk mendorong rupiah agar semakin kuat. Salah satunya dengan menghasilkan devisa dari ekspor.

“Dengan jajarannya yang kompeten, BI sudah sukses membina pelaku industri kopi di beberapa wilayah Jatim menjadi lebih profesional dan bisnisnya jalan. Apa yang dilakukan BI ini punya track record,” katanya.

Pada kesempatan yang sama Difi A. Johansyah Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim mengatakan, pelatihan ekspor Indonesia-Jepang bentuk komitmen kuat BI untuk membawa UMKM tidak hanya juara domestik tapi juga mancanegara.

Adalah tugas BI, kata dia, untuk mengoneksikan satu pihak dengan yang lain sehingga tercipta sebuah sinergi.

“Tahun lalu dengan Malaysia dan hasilnya beberapa pengusaha mampu menembus pasar Malaysia. Tahun ini kami akan mulai dengan Jepang dan ke depan akan kami kembangkan ke negara lain seperti China dan India,” katanya.(den/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs