Bertani di perkotaan bukan hal mustahil. Bahkan, kegiatan ini diyakini bisa menambah ketahanan pangan di tengah menurunnya lahan perhatian di Indonesia. Janti Gunawan Pembina Kelompok Petani Milenial ITS mengatakan, perlu aksi nyata sekecil apapun untuk mengantisipasi agar ketahanan pangan tetap terjaga.
“Kita dari segi statistik saja kan sudah tau. Jumlah lahan pertanian di Indonesia berkurang 1,6 juta hektar per tahun. Jumlah petani per tahun juga berkurang. Jumlah orang yang kemudian income-nya bertambah, jumlah penduduknya bertambah, demand and supply itu udah di depan mata gak seimbang. Jumlah impor barang aja sudah makin banyak,” ujar Janti Gunawan yang juga dosen di Departemen Manajemen Bisnis ITS itu pada Rabu (16/10/2019).
Ia menegaskan, sebagai perguruan tinggi, terutama di manajemen bisnis bidang Green Economic, tak cukup akademisi hanya memberi saran dan masukan pada pemerintah. Perlu ada upaya nyata meskipun kecil untuk menghadapi kondisi ini.
“Saya ngambil sawi dari kebun sendiri, lebih sehat, lebih murah. Kita bisa memahami (pangan, red) lebih baik lah,” katanya.
Ia mengatakan, di Kelompok Petani Milenial ITS, mereka belajar banyak hal mulai dari bertani memanfaatkan lahan seadanya hingga memanfaatkan tanah seadanya. Pengajarnya pun beragam, mulai dari pegiat hidroponik di kampung hingga korporasi.
Selain pelatihan, mereka juga mempratekkan bertani di perkotaan. Seperti di departemen manajemen bisnis, ada sebuah kebun kecil di belakang lahan parkir yang ditanami sawi, kangkung, bayam, dan berbagai tanaman lain.
“Kita taman sawi, kangkung, dengan tanah apa adanya. Tahu kan tanahnya ITS itu tandus. Justru itu, belajar bersama, tanahnya cuman ini. Dua tahun lalu, mereka ambil sawinya, trus mereka nge-link dengan yang jualan mie bakso, mienya itu dibuatkan jadi mie hijau, mie sawi. Kemudian di ITS, ada KPRI (Koperasi, red). Mereka jual juga hasil-hasil itu,” jelasnya. (bas/iss/ipg)