Meskipun pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (14/1/2019) pagi melemah sebesar tiga poin ke posisi Rp14.048 per dolar AS, namun menurut analis masih cukup terbuka ruang penguatan rupiah akibat kebijakan Federal Reserve (Fed) .
Reza Priyambada analis senior CSA Research Institue di Jakarta mengatakan, pergerakan rupiah cenderung tertahan terhadap dolar AS, karena sebagian pelaku pasar mengakumulasi mata uang AS itu mengingat nilainya relatif sudah rendah.
“Pelemahan rupiah cenderung bersifat teknikal. Sebagian pelaku pasar cenderung memanfaatkan keuntungan seraya menanti sentimen baru,” katanya dilansir Antara.
Menurut dia, outlook dolar AS masih berada dalam tren pelemahan setelah bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) mengambil sikap lunak terhadap suku bunganya.
“Kondisi itu membuat dolar AS masih di bawah tekanan. Dengan demikian, ruang bagi rupiah kembali terapresiasi masih cukup terbuka,” katanya.
Apalagi, lanjut dia, sentimen dari dalam negeri juga terbilang cukup positif, diantaranya himbauan Bank Indonesia kepada BUMN maupun korporat lainnya untuk memanfaatkan pasar domestic non deliverable forward (DNDF).
DNDF merupakan salah satu instrumen lindung nilai bagi pelaku ekonomi di pasar valuta asing domestik.(ant/tin/rst)