Sabtu, 23 November 2024

Stok Cabai di Jatim Melimpah, Harganya Tetap Meroket

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Cabai rawit di Pasar Wonokromo, Surabaya. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Harga cabai masih di kisaran Rp50-60 ribu per kilogram menyusul kenaikan harga telur beberapa waktu terakhir. Padahal, Pemerintah Provinsi Jawa Timur memastikan, stok cabai di Jatim sangat mencukupi.

Normalnya, harga cabai di pasaran sebelum mengalami kenaikan pascalebaran 2018 di kisaran Rp20-30 ribu per kilogram. Ada dugaan, rantai distribusi yang panjang menjadi penyebab kenaikan harga cabai.

Hadi Sulistyo Kepala Dinas Pertanian Jatim mengatakan, stok cabai rawit di Jatim sebetulnya mencukupi. Bahkan, menurutnya, sepanjang 2017 lalu stok cabai mengalami surplus.

Jumlah produksi cabai di Jawa Timur mencapai 339.022 ton, sementara kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Timur sepanjang 2017 hanya 46.902 ton.

“Ada surplus 292.120 ton untuk produksi tahun lalu,” kata Hadi, Senin (23/7/2018).

Melimpahnya stok cabai, menurut Hadi, juga terjadi di awal 2018 lalu. Dia menyebutkan, surplus cabai berdasarkan catatan Dinas Pertanian mencapai 1.852 ton.

Produksi cabai pada bulan Maret juga mengalami surplus mencapai 2.187 ton. Surplus terbanyak terjadi pada April lalu yang jumlahnya mencapai 20.367 ton.

“Juli ini, kami juga memprediksi stok cabai akan mengalami surplus mencapai 13.631 ton,” ujarnya.

Tidak hanya cabai rawit, stok cabai besar pada 2017 lalu juga mengalami surplus mencapai 68.625 ton. Ini berlanjut sampai Februari kemarin surplus stok cabai besar mencapai 1.709 ton.

Pada Juli ini, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur memprediksi stok cabai besar masih terjadi surplus mencapai 1.635 ton.

“Sentra produksi cabai rawit yang cukup besar berkontribusi untuk stok di Jatim dari Kediri dan Tuban. Sedangkan cabai besar dari Jember dan Banyuwangi,” katanya.

Noer Soetjipto Anggota Komisi B DPRD Jatim mengatakan, sebenarnya harga cabai dari petani hanya Rp 15 ribu. Dia menduga, panjangnya jalur distribusi menyebabkan harga cabai terus melambung.

“Dari petani, kan, di borong tengkulak, lalu ke pasar induk. Dari pasar induk di beli tengkulak lagi, baru ke pasar kecil. Ini yang bikin harganya mahal,” kata Noer.

Bahkan menurut hitungannya, dengan panjangnya jalur distribusi, selisih harga meningkat berkali lipat dari normalnya. Karenanya, dia berharap Pemprov mampu memangkas panjangnya distribusi.

“Jadi, saya berharap dari petani bisa langsung ke pasar kecil. Sebenarnya ada subsidi ongkos angkut, namun sayang hanya menyentuh produsen cabai jumlah besar. Tapi jumlah kecil belum,” ujarnya.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs