Prof. Chairul Anwar Nidhom Guru Besar FKH Unair memprediksi penyakit Inclusion Body Hepatitis (IBH) bisa menjadi isu berat di bidang perunggasan Indonesia. Ia meminta semua pihak terkait untuk terus memantau perkembangan virus ini agar tidak berdampak negatif terhadap perkembangan peternakan unggas di Indonesia.
“Jangan sampai terjadi loncatan kepada manusia. Karena di manusia sudah ada penyakit hepatitis. Kalau ini terjadi, bisa berdampak negatif pada perkembangan peternakan kita,” kata Prof. Nidhom ketika ditemui seusai menjadi pembicara pada seminar Outlook Bisnis Perunggasan Jawa Timur 2019 yang diadakan ASOHI di Surabaya, Selasa (18/12/2018).
Ia mengingatkan, IBH bisa membuka peluang negara target ekspor untuk tidak mengimpor unggas dari Indonesia menggunakan isu ini. Menurutnya, hal serupa sudah pernah terjadi pada kasus Avian Influenza (AI) atau Flu Burung. Ia bahkan menyebut, pada kasus Flu Burung, ada kesengajaan pihak tertentu untuk melepas virus tersebut di Indonesia agar menyulitkan negara ini untuk melakukan ekspor.
“Dalam perang dagang internasional, kita masih kalah satu hal, karena ada Flu Burung,” ujarnya.
Prof. Nidhom juga membeberkan fakta laboratorium, bahwa ada beberapa virus IBH yang ditemukannya pada unggas di organ bagian liver, paru, dan otak pada tahun 2018. Menyusul penemuan itu, ia mengimbau para peternak untuk melakukan uji laboratorium pada unggas-unggas milik mereka rutin setiap bulan.
“Dianalisis. Dari 1 juta (ayam, red) , ambillah 10 ayam untuk di uji lab hematologinya tiap bulan. Untuk mengetahui apakah dia terinfeksi. Lakukan uji-uji sederhana. Paling Rp1,5 juta sudah selesai. Di lab, secara rutin,” ujarnya.
Melalui kesadaran peternak, Prof. Nidhom berharap, penyakit ini bisa diawasi dan tidak terlanjur menjadi isu Internasional yang merugikan bisnis perunggasan di Indonesia. (bas/dim/ipg)