Minggu, 23 Februari 2025

Pemerintahan Jokowi-JK Alami Penurunan Penyerapan Tenaga Kerja

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Diskusi ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) di kantor INDEF, Jakarta Selatan, Selasa (20/2/2018). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Ini terungkap dalam diskusi ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) di kantor INDEF, Jalan Batu Merah 45, Jakarta Selatan, Selasa (20/2/2018), dengan tema “Mampukah Pemerintahan Jokowi-JK Ciptakan Lapangan Kerja?”

Dradjad Hari Wibowo Ekonom senior INDEF mengingatkan kepada pemerintahan Jokowi-JK agar jangan membuat aturan-aturan yang merusak produktifitas kerja dan penciptaan lapangan kerja.

Menurut Dradjad, penciptaan lapangan kerja adalah perubah ekonomi-politik yang sangat krusial karena menjadi kunci pengentasan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.

Melihat dua indikator penciptaan lapangan kerja, kinerja pemerintahan Jokowi-JK lebih rendah dari SBY-Boediono, tapi lebih baik dari SBY-JK. Jika tahun 2005 dikeluarkan, era Jokowi-JK lebih lemah dibanding SBY-JK.

“Rata-rata pertambahan penduduk bekerja era Jokowi-JK sebesar 2.127.211 penduduk per tahun, lebih rendah dari era SBY-Boediono sebesar 2.868.457. Rasio Penciptaan Kerja (RPK) era jokowi-JK sebesar 426.297 penduduk per 1% pertumbuhan ekonomi, lebih rendah dari era SBY-Boediono sebesar 467.082 penduduk,” ujar Dradjad.

Nailul Huda peneliti INDEF menjelaskan era Jokowi-JK, dua sektor ekonomi justru minus penciptaan kerjanya. Di sektor Pertanian, Perkebunan, kehutanan, perburuhan dan perikanan, jumlah penduduk bekerja berkurang 700.624 penduduk. Ini melanjutkan tren minus pada era SBY-Boediono. Sektor pertambangan dan penggalian juga kehilangan hampir 50 ribu penduduk bekerja.

“Kondisi minus di tiga tahun awal pemerintahan Jokowi-JK. Artinya pertumbuhan output sektor itu justru diikuti pengurangan jumlah penduduk bekerja. Sedangkan di sektor industri pengolahan, meskipun RPKnya positif, namun lebih rendah dari tiga tahun awal SBY-JK,” kata Nailul.

Andry Satrio Nugroho peneliti INDEF lainnya menilai transportasi online terbukti mampu menyelamatkan penciptaan lapangan kerja di era Jokowi-JK. Hal ini terlihat dari sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi yang berhasil memberikan tambahan 169.137 penduduk bekerja per tahun, setelah sebelumnya minus hampir 300 ribu orang pada era SBY-Boediono. Tapi sayangnya, pemerintah mempersulit pelaku usaha tranportasi online ini.

“Pemerintah justru mempersulit dengan berbagai regulasi. Ini yang perlu dikoreksi oleh pemerintahan Jokowi-JK, jika ingin menciptakan lebih banyak pekerjaan,” kata Andry.(faz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Surabaya
Minggu, 23 Februari 2025
24o
Kurs