Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika beberapa hari terakhir diprediksi akan terus berlangsung. Saat ini, nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah sudah turun di angka Rp. 14.612 per USD.
Menanggapi penguatan nilai tukar rupiah, Dody Budi Waluyo Deputi Gubernur BI menyebut, rupiah saat ini masih terlalu murah (undervalued). Namun, ia menyebut, nilai tukar ini sudah cukup kompetitif untuk perdagangan.
“Penguatan nilai tukar (rupiah,red) kita syukuri. Alhamdullilah. Mudah-mudahan tetap kita lihat ini terus berlangsung,” katanya usai mengisi pelatihan wartawan ekonomi nasional yang diadakan Bank Indonesia, Sabtu (17/11/2018) di Solo, Jawa Tengah.
Ia memprediksi, ke depan nilai tukar rupiah akan terus menguat. Menurutnya, gambaran domestiknya sudah positif. Indonesia memiliki inflasi yang tetap rendah dalam di angka 3,2 persen – 3,4 persen. Pertumbuhan ekonomi nasional juga masih berada di angka 5,2 persen, kredit Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di sektor perbankan masih cukup kuat dengan pertumbuhan 12 persen.
“Artinya harusnya dari sisi domestiknya, sangat positif nilai tukar itu penguatannya,” katanya.
Ia menjelaskan, BI tinggal melihat kondisi di eksternalnya. Salah satu indikatornya yaitu menunggu pertemuan dua presiden negara besar, yaitu Donald Trump Presiden AS dan Xi Jinpin Presiden China pada akhir bulan November 2018. Meski tekanan nilai tukar rupiah sangat tergantung dari kondisi eksternal, Ia menyebut, BI akan terus berusaha menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Kita akan terus jaga rupiah dalam konteks fundamental ekonomi,” katanya. (bas/tin/iss)