Saat ini kurs dolar terhadap rupiah hampir mencapai Rp14.974,55. Naiknya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah memunculkan kekhawatiran bagi produsen dan konsumen tahu tempe di Madiun. Terlebih saat ini para pengrajin dua jenis makanan itu masih mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku.
Rosi dari Radio Ge Madiun dalam Jaring Radio Suara Surabaya, Sabtu (8/9/2018) melaporkan, Suyadi salah satu pengrajin tempe di Madiun tidak mengalami banyak perubahan dalam bisnis tempenya.
Ia mengaku, harga kedelai sampai saat ini masih sama seperti pekan-pekan sebelumnya, yakni di angka Rp7.600 hingga Rp7.800 per kilo gram.
“Sampai saat ini belum ada pengaruh dari terus menguatnya dolar,” ungkapnya.
Terkait kemungkinan naiknya harga kedelai, Suyadi menegaskan dirinya tidak akan serta merta langsung menaikan harga. Pihaknya mungkin menyiasati dengan mengurangi ukuran produk.
“Karena jika menaikan harga, justru akan berdampak pada pembelian konsumen,” ujarnya.
Sebelumnya, beberapa pengamat ekonomi mengingatkan warga di berbagai daerah untuk tidak cemas berlebihan terhadap fenonema pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Menurutnya, kondisi rupiah saat ini masih cukup kuat dan dalam waktu dekat tidak akan mengalami resesi seperti yang dialami oleh Turki dan Argentina pada saat ini.(dim/tin/ipg)