Investasi sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) hingga semester I belum ada perbaikan. Hal ini terlihat dari realisasi investasi sektor hulu hingga akhir Juni lalu belum mencapai 50% dari target.
Eva A Djauhari Pengamat Energi dan Pertambangan menilai, terdapat persoalan lebih subtantif di sektor migas dari sekedar persoalan teknis di lapangan.
“Ada persoalan lebih substantif. Misalnya masih adanya keraguan dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) soal regulasi dan komitmen regulator atas regulasi yang ada, acap kali berubah-ubah,” ujar Eva di Jakarta
Dia mengatakan, secara psikologis memang ada keraguan terhadap regulasi sehingga berpengaruh ke sisi pembiayaan proyek oleh lembaga-lembaga keuangan. Eva mengingatkan, investasi migas tidak hanya terus meleset dari target. Namun keseluruhan investasi secara year on year terus mengalami penurunan sejak 2015.
“Puncaknya tahun 2013-2014 dengan investasi sebesar US$ 20,40 Miliar. Kemudian tahun 2015 menurun menjadi sebesar US$ 15,30 Miliar, tahun 2016 sebesar US$ 11,60 Miliar, tahun 2017 sebesar US$ 10,30 Miliar, dan pada 2018 baru 3,9 Miliar,” tegas Eva.
Menurut catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), realisasi investasi hulu baru tersebut mencapai 27% dari target sebesar US$ 14,2 Miliar. SKK Migas sendiri pesimistis, investasi migas sampai akhir tahun 2018 ini bisa mencapai target US$ 14,2 Miliar. Dalam kalkulasi SKK Migas, realisasi investasi tahun ini hanya sekitar 78% dari rencana awal yakni sekitar US$ 11,1 Miliar. SKK Migas beralasan, investasi belum mencapai target bukan karena terjadi pembatalan rencana investasi, tapi lebih karena jadwal investasi yang berubah atau tidak sesuai dengan rencana awal.
SKK Migas menyebut banyak proyek mengalami perubahan jadwal, sehingga tidak bisa dihitung sebagai realisasi proyek tahun 2018 ini, misalnya ada kegiatan produksi di salah satu lapangan yang tertunda.
“Final Investment Decision (FID)-nya mundur, lalu misalnya, FID sudah selesai, tapi proses pengadaan yang mundur, begitu juga pengadaan sudah jalan tapi realisasi kedatangan mundur,” kata Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Selain itu, SKK Migas menyebut ada beberapa kegiatan utama sektor hulu yang belum optimal sehingga berkontribusi dalam rendahnya investasi semester I-2018. Meskipun realisasi investasi seret, Amien bersyukur, penerimaan negara tidak susut. Hingga semester I-2018, Penerimaan negara dari sektor hulu migas sudah mencapai US$ 8,5 miliar atau mendekati target sepanjang tahun sebesar US$ 11,9 Miliar.
Tidak hanya target investasi, lifting minyak maupun gas bumi sama-sama tidak tercapai. Rinciannya, lifting minyak bumi sebesar 771.000 barel per hari (bph) atau hanya 96% dari target sebesar 800.000 bph. Sedangkan realisasi lifting gas bumi sebesar 1,152 juta boepd atau 96% dari target yang sebesar 1,2 juta boepd. Ia menyebut banyak proyek mengalami perubahan jadwal, sehingga tidak bisa dihitung sebagai realisasi proyek tahun 2018 ini. (faz/bas/bid)