Hiramsyah S. Thaib Ketua Percepatan Destinasi Baru Kementerian Pariwisata, mengatakan pentingnya tiga strategi untuk pengembangan pariwisata yakni komitmen dari chief executive officer (CEO) serta mewujudkan 10 “Bali” baru dan zona ekonomi khusus pariwisata.
“Masuknya komitmen CEO karena kami membutuhkan deklarasi dari mereka untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor terdepan bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Hiramsyah di Nusa Dua Bali, Jumat (7/12/2018), dalam ajang FIABCI World Business Summit.
Ia mengatakan mengatakan Joko Widodo Presiden telah berkomitmen menjadikan sektor pariwisata sebagai prioritas program percepatan pembangunan, salah satunya melalui dukungan infrastruktur untuk membuka akses menuju kawasan wisata unggulan.
Hiramsyah memberikan tantangan kepada pengembang anggota REI untuk turut mengembangkan pariwisata di Indonesia diantaranya dengan pembangunan hotel, resort, wisata agriculture, wisata penangkapan ikan, dan lain sebagainya, yang dituangkan dalam 10 program prioritas.
Sedangkan Hary Tanoesoedibjo Chariman MNC Group mengatakan pengembangan pariwisata ke depan perlu model bisnis yang baru dan tidak konvensional dengan mengikuti perkembangan teknologi digital terkini.
“Mayoritas pasar properti saat ini berasal dari generasi milenial mereka menyukai wisata lifestyle,” kata Hary yang saat ini juga tengah mengembangkan destinasi wisata baru di Lido Bogor Jawa Barat dan Tanah Lot Bali.
Sedangkan Vanessa Borkman, peneliti dari Fraounhoffer Institute, Jerman, dalam ajang ini menyampaikan konsep hotel di masa depan yang mengalami perubahan baik dari desain bangunan maupun kamar, interior, serta penggunaan teknologi tekini.
Vanessa menjadikan Hotel Schani Vienna sebagai salah satu contoh hotel yang telah mengadopsi konsep hotel masa depan.
Menurut dia penggunaan teknologi terkini hotel harus bisa menghilangkan kelelahan dan stres dari tamu setelah melakukan perjalanan.
Untuk itu kelengkapan hotel seperti lampu, kontrol suara, penampilan muka hotel, minibar, tempat tidur, spa, lantai seluruhnya menggunakan sensor sehingga dikontrol melalui ponsel pintar, bahkan dapat diakses secara virtual, serta beberapa telah menggunakan tekologi robot untuk memberikan pelayanan.
Hal senada juga dikemukakan Alexander Nayoan dari Jakarta Hotel Institute yang mengatakan, wisata digital menjadi hal yang mutlak saat ini mulai dari survei lokasi, reservasi, pembayaran seluruhnya menggunakan perangkat ponsel pintar.
Alexander juga menyampaikan pentingnya untuk meningkatkan nilai dari hotel dan resort menjadi lebih baik, dengan demikian konsumen akan semakin senang dan betah untuk kembali lagi.
“Untuk itu penting bagi pengembang fasilitas pariwisata memikirkan akomodasi yang seperti apa, serta bagaimana sistem eksosistem yang akan mendukungnya. Atau kalau sudah memiliki lahan akan dikembangkan seperti apa,” ujar dia, seperti dilansir Antara.
Sedangkan Luigi dan Zino Prins menyampaikan pengembangan bangunan tua yang menjadi produk properti kekinian seperti bioskop tua di Penang Malaysia yang dikembangkan menjadi hotel tanpa mengusung unsur sejarah dari bangunan tersebut, kemudian bagaimana menyulap pabrik gula di Amsterdam menjadi bangunan mix use (hotel, tempat hiburan, serta konvensi dan pusat kegiatan).(ant/iss)