Wahid Wahyudi Asisten II Sekretaris Daerah Provinsi Jatim mengatakan, bawang putih di Indonesia 90 persennya impor. Karena itulah petani bawang putih harus dihidupkan kembali.
“Impor ini tentunya akan menguras devisa negara. Sebab itu, kami (Pemprov Jatim) sangat mendukung kerja sama Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (Pinbas) dengan Perum Perhutani Jatim untuk menghidupkan kembali petani bawang putih,” ujarnya.
Wahid menyampaikan ini saat menghadiri penandatanganan kerja sama antara Pemprov Jatim, Pinbas Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, dan Perum Perhutani Jatim di Surabaya, Jumat (21/12/2018).
Kerja sama ini dilakukan untuk memberdayakan 21 petani di tiga Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang ada di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bondowoso.
Petani di tiga LMDH di wilayah Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Sukosari, KPH Bondowoso itu diberdayakan untuk menanam bawang putih di lahan seluas 41,45 hektare.
Mereka adalah petani di LMDH Sumber Rezeki, LMDH Gunung Hijau, dan LMDH Al Barokah di BKPH Sukosari. Di dalam kerja sama ini mereka akan mendapatkan 500 kilogram bibit bawang putih dan modal Rp15 juta untuk setiap hektare lahan.
“Kenapa di Bondowoso, karena bawang putih itu hanya bisa ditanam di ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Nah, lahan setinggi hampir 1.000 meter itu ada di Bondowoso,” ujarnya.
Kerja sama ini, kata Wahid, merupakan tahap awal pemberdayaan masyarakat desa hutan. Secara keseluruhan, kerja sama Pinbas dan Perhutani Jatim ini untuk 200 ribu hektare di Jatim.
“Jadi dalam kerja sama ini, Perhutani yang menyediakan lahan, Pinbas nyari investor. Yang mengerjakan petani LMDH. Mereka ditargetkan panen 12 ton per hektare per tahun. Nanti ada share profit 70 persen untuk mereka,” katanya.
Endung Tri Hartaka Kepala Divisi Regional Jawa Timur Perum Perhutani mengatakan, kerja sama ini dia harapkan dapat semakin mensejahterakan masyarakat desa hutan di Jawa Timur.
Selama ini, kata dia, masyarakat desa hutan kesulitan akses modal untuk menjalankan usaha pertanian. “Jadi tujuan kerja sama ini memang untuk mensejahterakan masyarakat desa hutan,” katanya.
Kerja sama penanaman bawang putih ini, menurut dia, hanya bagian kecil dari program yang dijalankan Perhutani untuk mensejahterakan 1,7 juta masyarakat yang tergabung dalam 1.800-an LMDH di Jatim.
“Banyak sekali programnya dan sudah banyak masyarakat desa hutan yang sudah sukses dengan menanam sejumlah komoditas pertanian. Ada yang menanam jagung, padi, dan lain-lain,” katanya.
Pinbas MUI Jatim, kata Wahid Wahyudi, saat ini juga sedang membahas kerja sama dengan PT Perkebunan Nasional (PTPN) untuk pemberdayaan masyarakat desa hutan dalam hal penanaman tebu.
“Kami membuka peluang ini. Silahkan PTPN nanti menentukan, lahan mana yang sesuai untuk tebu. Berdasarkan data Kementerian LHK, ada seluas 280 ribu hektare lahan hutan di Jatim yang bisa dimanfaatkan. Nah di tahap awal ini, 200 ribu hektare dulu,” katanya.(den/dim/ipg)