Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat nilai ekspor Jawa Timur Desember 2017 mencapai USD 1,55 miliar atau turun 12,29 persen dibandingkan November 2017. Jika dibandingkan dengan Desember 2016, nilai ekspor pada bulan ini naik sebesar 0,19 persen.
Teguh Pramono Kepala BPS Provinsi Jawa Timur mengatakan penurunan paling drastis terjadi pada ekspor non migas. Pada Desember 2017 mengalami penurunan 14,28 persen atau sekitar USD 1,42 miliar jika dibandingkan dengan November 2017, tetapi apabila dibandingkan dengan Desember 2016 maka mengalami penurunan sebesar 3,29 persen.
“Kinerja ekspor 2017, banyak yang terhantam oleh dua hal diantaranya, turunnya harga-harga di pasar internasional khususnya pada semester awal dan beberapa jenis komoditi yang volume ekspornya semakin berkurang,” kata dia.
Teguh mengatakan komoditas utama ekspor nonmigas Desember 2017 adalah perhiasan atau permata sebesar USD 149,17 juta, diikuti kayu, barang dari kayu sebesar USD 118,58 juta serta ikan dan udang sebesar USD 114,31 juta.
“Ekspor perhiasan pada tahun 2017 melemah daripada 2016. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan ekspor perhiasan atau permata yang dikirim ke Swiss menjadi turun sangat drastis. Hal itu juga yang diduga menjadi penyebab utama nilai ekspor tahun ini menurun. Kalau kayu, ikan dan udang masih terpantau aman,” kata dia.
Sementara komoditi ekspor yang paling lemah, kata Teguh, terjadi pada daging dan ikan olahan.
Negara penerima barang ekspor nonmigas terbesar selama Januari-Desember 2017 adalah Jepang dengan nilai USD 2,90 juta (15,75 persen), Amerika Serikat USD 2,34 juta (12,72 persen), dan Tiongkok sebesar USD 1,74 juta (9,49 persen).
Ekspor nonmigas ke ASEAN mencapai 3,97 USD juta (21,59 persen), sementara ke Uni Eropa mencapai USD 1,60 juta (8,72 persen).
Teguh mengatakan ekspor migas pada Desember 2017 terpantau naik 17,12 persen atau mencapai USD 0,13 miliar dibandingkan November 2017. Apabila dibandingkan Desember 2016, naik sebesar 63,54 persen. (ang/iss/ipg)