Rabu, 12 Februari 2025

Stok Garam di Gudang Penyimpanan Surabaya Sudah Kosong

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Garam hasil produksi petani di Surabaya ditunjukkan saat konferensi pers soal kelangkaan garam di Humas Pemkot Surabaya, Jumat (28/7/2017). Foto: Denza suarasurabaya.net

Stok garam di Gudang Penyimpanan Pemkot Surabaya di daerah Sememi yang berkapasitas sekitar 100 ribu ton, sudah kosong sejak beberapa hari lalu.

Sementara, para petani garam di Surabaya harus gigit jari, panen yang diperkirakan seminggu ke depan, harus mundur karena terkendala cuaca.

Joestamadji Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya mengatakan, seharusnya saat ini petani sudah mulai melakukan proses menyebar air tuah (bahan baku garam dari air laut) ke petak garam.

“Kami sudah mendorong segera proses produksi, kemarin saya sudah senang dapat kabar dari petani: air tuah (dari laut) sudah 21 BE (kadar kekentalan), hari ini mau disebar. Perkiraan, minggu pertama Agustus sudah panen. Eh, hari ini mau disebar, kok hujan. Ya, harus mundur sekitar 15 hari lagi,” katanya di Pemkot Surabaya, Jumat (28/7/2017).

Joestamadji mengaku satu-satunya jalan menghadapi kelangkaan ini dengan berhemat garam. Dia juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jatim dan Pemerintah Pusat mengenai hal ini.

“Ini kan kebijakan pemerintah pusat ya, soal garam ini. Ya kami harus menunggu bagaimana kebijakannya,” katanya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Surabaya mencatat, dari lahan tani garam seluas 623 hektare, yang terbagi di tiga kecamatan (Benowo, Pakal, Asemrowo), kuantitas panen garam memang fluktuatif setiap tahunnya.

Tapi pada empat tahun terakhir, kuantitas garam, hasil panen oleh 124 orang petani di Surabaya, memang terus mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Pada 2014 lalu, Petani garam di Surabaya mampu memanen sebanyak 117 ribu ton garam. Hasil produksi garam ini mengalami penurunan menjadi 86 ribu ton.

Tahun lalu, kuantitas garam yang dipanen justru anjlok dengan angka yang sangat drastis karena kondisi cuaca. Kemarau yang hanya satu bulan, menjadikan hasil produksi garam hanya 1.500 ton.

Tahun ini, garam yang biasanya dipanen mulai akhir juli diperkirakan baru panen sekitar pertengahan Agustus mendatang. “Itupun kalau selama 15 hari ke depan, tidak terjadi hujan,” kata Joestamadji.

Akibat kelangkaan garam ini, Joestamadji mencatat, harga garam dapur untuk rumah tangga di pasaran dari hanya Rp500 per kilogram menjadi Rp3.500 per kilogram.

Yang paling terdampak oleh kelangkaan garam ini adalah industri rumahan di Surabaya. Produsen telur asin dan para pengusaha pengolahan ikan mengeluh. Joestamadji menyebut, para pelaku industri ini “menangis.”

Mereka harus menghadapi kenyataan, kenaikan harga garam yang biasanya hanya Rp50 ribu per sak ukuran satu kwintal menjadi Ro180 ribu per sak sejak kelangkaan garam terjadi.(den/iss/ipg)

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Rabu, 12 Februari 2025
32o
Kurs