Michele mahasiswa di salah satu universitas di Surabaya mengaku mendapatkan banyak hal setelah mengikuti Suara Surabaya Economic Forum Next Level, Jumat (15/12/2017).
Dia mengambil kesimpulan, para pebisnis saat ini perlu melakukan introspeksi. Terutama dalam hal digitalisasi. Peran anak muda diperlukan dalam hal mengarahkan produk dan bisnis ke arah digital.
“Mahasiswa seperti saya ini perlu tahu harus melakukan apa dengan kemampuannya di masa depan. Saya kira ini penting,” ujarnya.
Dia berharap, seminar serupa menurutnya perlu digelar di tahun mendatang. “Kalau bisa dengan menggandengkan dengan pengamat yang anak muda,” ujarnya.
Ada beberapa kesimpulan yang disampaikan oleh Kresnayana Yahya Pakar Analis dan Ahli Statistik sebagai narasumber acara Suara Surabaya Media kali ini.
Ekonomi di Jawa Timur pada 2018 mendatang, dia perkirakan, akan diarahkan mencapai angka antara 5,4 persen sampai 5,6 persen.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi itu Jawa Timur menurutnya masih membutuhkan investasi sejumlah Rp530 triliun.
Saat ini sudah ada sekitar 80 perusahaan yang mau berinvestasi di bidang industri di Jawa Timur.
“Perbankan di Jatim tahun depan diperkirakan akan mengalirkan kredit dengan target mencapai Rp300 triliun,” kata Kresnayana.
Ekonomi Jatim juga didukung dengan adanya non facility investment yang jumlahnya sangat besar. Seperti pendirian hotel dan restoran baru, termasuk real estate.
Kresnayana juga menyampaikan gambaran peluang investasi di 2018 yakni lahirnya financial technology atau Fintech. Saat ini ada 36 perusahaan Fintech yang sedang menunggu uji OJK.
Bisnis Fintech dengan metode people to people memungkinkan pembiayaan bagi pelaku bisnis skala kecil.
“Motif Fintech tidak sekadar profit oriented tapi juga mendorong usaha skala kecil,” ujarnya.
Menurutnya, meski memberikan return investasi yang tidak terlalu besar, Fintech menawarkan pengalaman lebih dalam hal investasi seperti tour ke lokasi usaha dan sebagainya.
Kresnayana Yahya menyarankan beberapa hal kepada para pengusaha untuk menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang, antara lain digitalisasi. Lalu beradaptasi dalam situasi disruption yang terjadi.
Demonetisasi yakni menerapkan harga produk yang bersaing dan tidak terlalu mahal. Juga demateralisasi karena saat ini pola bisnis yang berkembang adalah bisnis sharing. Selanjutnya, demokratisasi juga perlu diterapkan oleh pengusaha. Dengan banyak partner, meskipun untung sedikit, tapi volumenya akan tetap besar.(den/iss/ipg)