Malam pergantian tahun dan Hari Natal merupakan momentum yang paling ditunggu oleh pengusaha hotel dan restoran. Mereka menyiapkan kreasi-kreasi khusus, yang berbeda dengan tahun lalu, untuk bisa menarik perhatian pengunjung.
Dwi Cahyono Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur mengatakan bahwa pengusaha memanfaatkannya untuk melakukan promosi karena setelah itu, pada Januari sampai Februari, terjadi low session.
“Tapi untuk outlook ke depan kita optimis sekali dengan beberapa obyek baru dan promosi Kemenpar bisa meningkatkan angka kunjungan 10 sampai 5 persen,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (30/12/2017).
Dwi menambahkan, semakin tingginya biaya operasional hotel dan restoran tahun depan, membuat anggota PHRI harus cermat menghitung biaya operasional.
“Harus menghitung low session dan high session. Termasuk menghadapi tahun politik tahun depan. Apalagi pemerintah terus membuka izin pembangunan hotel-hotel baru. Ini juga membuat bisnis hotel dan resto sangat ketat. Saat weekend masih bagus tapi untuk weekdays masih sangat berat,” ujarnya.
Sementara itu, ajakan pemerintah untuk melewatkan tahun baru dengan tidak hura-hura, kata Dwi, memang positif dan harus didukung. Termasuk imbauan dari pemerintah untuk batasan-batasan perayaan malam Tahun Baru.
“Ada imbauan untuk meminimkan penggunaan kembang api tahun ini. Memang harus ada izin khusus. Ini untuk meminimalisir bentuk-bentuk gangguan keamanan. Pengusaha dituntut lebih kreatif bagaimana upaya menarik tamu sekaligus bisa menjamin kondisi keamanan. Meski tamu memang kadang minta acara yang spektakuler,” ujarnya.
Menurut Dwi, Kota Surabaya, Malang dan Blitar masih jadi destinasi malam tahun baruan bagi masyarakat.
“DIi kota-kota yang marak dengan tahun baruan,pengunjung lebih nyaman menikmati malam tahun baruan di hotel. Hotel bintang tiga ke atas mereka pasti bikin paket malam tahun baru. Paketnya bisa macam-macam,” ujarnya.(iss/ipg)