Harga saham telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami tekanan sejalan dengan hengkangya investor asing setelah melakukan “net selling” atau melepas saham untuk ambil untung.
“Penyebab penurunan saham telekomunikasi “pascanetselling” masih simpang siur, namun saya diperkirakan lebih ke antitipasi segera keluarnya pengumuman laporan kinerja keuangan Telkom,” kata analis dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, kepada media di Jakarta, Kamis (12/10/2017).
Penurunan dipicu net selling karena investor mengantisipasi pengumuman kinerja kuartal III-17, termasuk penilaian saham sudah dalam kondisi overvalue.
Pada perdagangan Rabu, (11/10) harga saham Telkom ditutup pada level Rp4.400 per lembar, turun 130 poin dibanding sebelumnya. Adapun IHSG ditutup turun ke level 5.882,78 (-0,38 persen) atau 22 poin, IHSG diwarnai “Net Sell Foreign” lebih kurang Rp800 miliar.
Selain saham Telkom, saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) ikut tergelincir 4,68 persen ke posisi Rp3.460 per saham.
VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo menyatakan, saham TLKM masuk dalam kategori saham “blue chip” dengan kapitalisasi besar paling likuid di BEI sehingga jika investor asing ingin mengurangi exposure-nya terhadap market Indonesia, paling mudah menjual TLKM, karena bisa cepat terjual dalam jumlah besar.
“Pelemahan nilai tukar rupiah dalam 2 minggu terakhir juga memberikan tekanan lebih tinggi, mengingat sebagian besar investor asing berbasis di Amerika Serikat,” ujar Arif.
Ia menambahkan, selama semester I 2017 saham TLKM tumbuh mencapai 20 persen dibanding periode Juni 2017, didorong kenaikan dividen menjadi 70 persen di awal tahun serta kinerja di kuartal I dan kuartal II yang sangat baik.
“Sehingga valuasi Telkom saat ini cukup tinggi, dengan PE Ratio sekitar 20x dan EV/Ebitda sekitar 7,5x.,” ujarnya.
Sementara itu, analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul mengatakan secara teknikal justru ini menjadi momentum bagi pemodal untuk masuk membeli saham Telkom.
Tasrul memperkirakan, koreksi harga saham ini mulai tertahan. Jika dilihat, distribusi volume saham Telkom sejak naik 105 minggu terakhir berada di kisaran level Rp3.900-Rp4.200. Level ini menjadi area support, dengan catatan level support terdekat Rp4.350 tidak mampu dipertahankan.
Sementara, selama 11 pekan terakhir, harga saham Telkom turun di kisaran Rp4.650-Rp4.700 per saham. Level ini menjadi resistance area. Sehingga, rekomendasi “buy on weakness” dengan posisi normal trading range di level Rp4.200-Rp 4.700 per saham.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengungkapkan saham Telkom mengalami tekanan didorong aksi jual investor asing.
Diperkirakannya, pada Kamis (12/10/2017), saham Telkom akan menguat karena sektor telekomunikasi masih menarik hingga akhir tahun. “Ini didukung dari dominasi Telkom dibandingkan pesaing-pesaingnya. Cakupan Telkom lebih luas,” kata Alfred. (ant/rst)