Meskipun pemerintah tidak banyak menyentuh sektor industri perhiasan, industri ini terus tumbuh mencapai ekspor 5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2016 lalu.
Hal ini disampaikan oleh Gati Wibawaningsih Dirjen IKM Kementerian Perindustrian.
“Pemerintah tidak terlalu banyak ikut turut campur tangan dalam industri jewellery ini, tetapi industri ini terus berkembang. Salah satunya ditandai nilai ekspor tinggi, yakni 3,55 miliar dolar AS di 2015 dan meningkat menjadi 5,34 miliar dolar AS di 2016,” ujar dia dalam pembukaan Jakarta International Jewerlly Fair (JIJF) 2017 di JCC, Kamis (20/4/2017).
Melihat ini, pemerintah optimistis nilai ekspor industri bisa meningkat menjadi 7 miliar dolar AS tahun ini.
“Industri ini okelah. Dilihat pertumbuhannya dari 3 miliar ke 5 miliar, satu tahun naik 2 miliar dollar Amerika. Kita harapkan sama (pertumbuhannya), tahun depan bisa 7 miliar dolar AS,” tutur Gati, lansir Antara.
Pemerintah berkomitmen terus membuka pasar bagi pelaku usaha. Dengan pasar yang luas, akan berdampak pada peningkatan produksi. Satu di antara cara, melalui penyelenggaran pameran di dalam negeri.
“Kita dukung pemasaran dalam negeri maupun luar negeri. September kami fasilitasi sedikit booth pameran di Hongkong. Hongkong kan hub untuk perdagangan untuk Asia,” kata dia.
Dalam kesempatan berbeda, Iskandar Husin Sekjen Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) menuturkan, pada JIFF tahun ini sebanyak 139 pelaku usaha perhiasan dari dalam dan luar negeri berpartisipasi.
Dari jumlah itu, sebanyak delapan peserta berasal dari negara, yakni Dubai, Hongkong, Thailand, Singapura, Jepang dan Srilanka.
“139 peserta pameran di JIJF tahun ini. Berbagai produk perhiasan yang ditampilkan seperti emas, perak, berlian, batu mutiara, permata dengan desain modern dari seluruh Indonesia,” tutur Iskandar yang juga merupakan ketua pelaksana JIJF 2017.(ant/den)