Sabtu, 23 November 2024

Industri Perhiasan Tambah Kinclong

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima cenderamata dari Direktur Utama PT. UBS, Eddy Susanto Yahya saat melakukan kunjungan kerja ke PT. UBS, Surabaya 27 Februari 2017. Foto: Kemenperin/Antara

Airlangga Hartarto Menteri Perindustrian mengatakan, prospek bisnis industri perhiasan di Indonesia masih cukup menjanjikan, selain mulai membaiknya kondisi perekonomian nasional tahun ini, potensi pengembangan sektor ini juga didukung dengan populasi penduduk yang besar, pertumbuhan kelas menengah, dan faktor kultur masyarakat tanah air.

“Industri perhiasan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Sektor ini akan kami terus dorong pengembangannya karena padat karya berorientasi ekspor dan mempunyai daya saing yang kuat,” kata Airlangga Hartarto Menteri Perindustrian ketika mengunjungi PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/2/2017).

Seperti dikutip Antara, berdasarkan data tahun 2015, jumlah unit industri perhiasan dan aksesoris di dalam negeri mencapai 36.636 perusahaan dengan nilai produksi sebesar Rp10,45 triliun. Sektor ini menyerap tenaga kerja sebanyak 43.348 orang dan menghasilkan devisa melalui ekspor sebesar USD3,31 miliar.

Sementara itu, nilai ekspor produk perhiasan Indonesia ke dunia periode 2011-2016 menunjukkan tren peningkatan sebesar 16.85 persen, dengan nilai ekspor tahun 2011 sebesar USD2,59 miliar menjadi USD5,34 miliar pada 2016.

“Untuk jumlah industri perhiasan di Provinsi Jawa Timur, saat ini sebanyak 26 industri berskala besar dan menengah, serta sekitar 1.854 industri berskala kecil yang tersebar di berbagai sentra industri seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Pasuruan, Lumajang dan Pacitan,” kata Airlangga, melalui keterangan tertulis.

Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 17.600 orang, yang berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional serta mengurangi kemiskinan.

Menurut Menperin, industri perhiasan merupakan salah satu sektor andalan bagi Jawa Timur. Hal ini terlihat dari kontribusi nilai ekspor produk perhiasan yang mencapai USD 3,44 miliar atau sebesar 19,17 persen dari total ekspor non-migas di Jawa Timur.

“Sedangkan, sumbangannya terhadap ekspor produk perhiasan nasional sebesar USD 3,44 miliar atau 64,42 persen dari total ekspor produk perhiasan nasional senilai USD 5,34 miliar,” ujarnya.

Negara tujuan ekspor produk perhiasan terbesar dari Jawa Timur pada tahun 2016 adalah Swiss, Jepang, Singapura dan Hongkong.

“Namun, negara pesaing utama ekspor produk perhiasan Jawa Timur di pasar internasional datang dari Belgia, Israel, Inggris dan India untuk perhiasan batuan permata dan negara Italia, Tiongkok, Swiss dan Thailand untuk produk perhiasan logam mulia,” ujar Airlangga.

Dalam upaya peningkatan daya saing sektor perhiasan khususnya industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri, Wibawaningsih Dirjen IKM Gati menyampaikan, Kementerian Perindustrian memberikan fasilitas dan dukungan akses pasar melalui program e-smart IKM, pendampingan tenaga ahli desainer produk perhiasan untuk peningkatan kualitas dan desain, serta fasilitasi pameran produk perhiasan baik dalam maupun luar negeri.

“Kami juga memberikan program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM dalam rangka mendukung teknologi produk perhiasan, serta pendaftaran Hak Kekayaan Atas Intelektual (HAKI),” tambahnya.

Gati berharap, berbagai program dan kebijakan pemerintah tersebut dapat didukung oleh seluruh pemangku kepentingan melalui berbagai kegiatan kreatif dan produktif sehingga dapat menghasilkan produk perhiasan yang bernilai tambah tinggi.

Berdasarkan studi Euromonitor International, industri perhiasan di Indonesia pada 2016 tumbuh sekitar 13 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp21 triliun.

Sekitar 59 persen total nilai pasar perhiasan tahun lalu berupa emas, 18 persen perak, dan 14 persen kombinasi logam lainnya. Pada tahun ini, industri perhiasan nasional diproyeksikan tumbuh sebesar 15-20 persen.

Eddy Susanto Yahya Direktur Utama PT UBS mengatakan, industri perhiasan merupakan sektor padat karya, teknologi, dan inovasi.

“Kami mampu produksi untuk perhiasan seperti bentuk rantai dengan ukuran berat 0,8-1 gram. Kelebihan kami selanjutnya, meskipun menggunakan teknologi canggih, untuk pembuatan giwang dan anting-anting masih memerlukan kreasi tangan manusia,” katanya.

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1981 ini menyerap tenaga kerja sebanyak 3.300 karyawan. Negara tujuan ekspornya, antara lain Hongkong, Dubai, Amerika Serikat, dan Italia.

“Indonesia unggul di industri perhiasan ini karena pasarnya sudah mature, desain dan produknya berkualitas baik, serta harganya kompetitif,” kata Eddy.(ant/ana/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs