Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu (2/11/2016) sore bergerak melemah sebesar tujuh poin menjadi Rp13.056, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.049 per dolar AS.
“Mayoritas mata uang komoditas, termasuk rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS di tengah harga minyak mentah dunia yang cenderung mengalami tekanan,” kata Rully Nova pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, seperti dilansir Antara, Rabu (2/11/2016).
Harga minyak mentah jenis WTI pada Rabu (2/11/2016) sore ini, terpantau berada di level 46,00 dolar AS per barel, turun 1,44 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 47,53 dolar AS per barel, melemah 1,27 persen.
Meskipun begitu, kata Rully, depresiasi rupiah relatif masih terbatas seiring dengan sejumlah data ekonomi domestik seperti inflasi yang dirilis masih berada di level rendah, serta adanya optimisme produk domestik bruto (PDB) kuartal III yang masih akan mencatatkan pertumbuhan.
Rangga Cipta Ekonom Samuel Sekuritas juga mengatakan, bahwa secara umum, menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) ketidakpastian di pasar uang masih tinggi terlihat dari sejumlah mata uang di negara berkembang cenderung melemah.
“Fokus saat ini tertuju pada hasil pertemuan FOMC yang akan segera dirilis,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.058 dibandingkan Selasa (1/11/2016) Rp13.036. (ant/tit/dwi)