Penurunan perdagangan ekspor dan impor Indonesia secara kumulatif dibandingkan tahun lalu, tidak terlalu berdampak pada perkembangan ekspor dan impor di Provinsi Jawa Timur yang lebih dominan mengalami peningkatan. Ini terlihat dari rilis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur Jumat (15/7/2016), peningkatan terlihat pada perdagangan tersebut meskipun tidak signifikan. Kenaikan sebanyak 4,23 persen pada bulan Juni dibandingkan bulan sebelumnya terlihat pada nilai ekspor, serta peningkatan sebanyak 8,53 persen secara akumulatif Januari hingga Juni dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Nilai impor Jawa Timur juga mengalami kenaikan sebanyak 5,77 persen pada Juni dibandingkan Mei 2016, tetapi penurunan justru terjadi bila terhitung secara kumulatif pada periode Januari-Juni 2016 dibandingkan tahun lalu sebanyak 14,71 persen.
Dari data tersebut, nilai impor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor pada Juni 2016. Jumlah konsumsi impor yang mengalami peningkatan ini, di dominasi oleh permintaan mesin ataupun peralatan mekanik yang mencapai USD 145,79 juta. Sedangkan gandum dan sisa industri makanan hanya menempati urutan 3 dan 4 terbesar, masing-masing sebesar USD 89,43 juta serta USD 83,29 juta. Dari total perhitungan perdagangan impor dan ekspor, semester awal tahun ini provinsi Jawa Timur mengalami surplus USD 2,13 miliar.
“Meskipun mengalami peningkatan ekspor dan impor di Provinsi Jawa Timur, ini tidak ada pengaruh dengan bulan puasa Juni 2016. karena ekspor yang kita lakukan bukan barang konsumsi, seperti perhiasan dan kayu. Relatif tidak terpengaruh,” kata Teguh Pramono Kepala BPS Provinsi Jawa Timur.
Selain itu impor daging yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu menurunkan harga daging di pasar, juga tidak berpengaruh banyak terhadap peningkatan nilai impor di Jawa Timur. Meskipun begitu, jumlah nilai impor semester awal tahun ini lebih banyak daripada tahun kemarin pada periode yang sama
“Ramadhan tidak terlalu berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat, ini karena volume barang impor juga tidak terlalu berbeda,” kata Teguh.
Bahkan, komoditas ekspor perhiasan dan permata juga terjadi penurunan sebanyak 16,89 persen dibandingkan dengan bulan lalu.
“Nasional memang juga menurun dalam sektor ekspor perhiasan, data yang masuk bps tidak mencakup alasan terjadi penurunan itu. Kita bersyukur Swiss menjadi negara yang paling banyak mengimpor perhiasan dari kita,” kata Teguh
Sedangkan perdagangan impor didominasi oleh mesin untuk mengaerasi minuman senilai USD 11,06 juta atau mengalami kenaikan 75,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Negara Tiongkok menjadi negara yang mendominasi untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Jawa Timur. Bahkan, terjadi devisit sebanyak USD 1,26 miliar antara ekspor dan impor Indonesia dengan Tiongkok. (tit/ipg)