Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan (Menkeu) RI mendukung upaya perencanaan anggaran Pemerintah Indonesia yang lebih efektif agar realisasi belanja benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak terjadi anggaran berlebihan (over budgeting).
“Saya minta ada kajian, sebetulnya over budgeting seberapa banyak. Ditjen Perbendaharaan dan Ditjen Anggaran nanti bisa duduk sama-sama dan melihat untuk memperbaiki proses penganggaran di Indonesia,” katanya di Jakarta, Sabtu (25/12/2016).
Sri Mulyani mengatakan, manajemen anggaran yang lebih baik harus dilakukan. Menurutnya, masih ada perencanaan yang melebihi estimasi, sehingga terdapat realisasi belanja yang terlalu banyak dan bisa mempengaruhi proyeksi defisit fiskal.
“Kita melihat dampaknya adalah penyerapan. Bagi kita, dari sisi manajemen anggaran, suatu over budegting atau kurang akuratnya estimasi ini bisa menggambarkan dan menciptakan dampak jumlah anggaran belanja terlalu besar,” katanya.
Dia mencontohkan, bila pemerintah bisa membuat perencanaan yang efektif setidaknya lima persen dari total belanja negara yang kini telah mencapai kisaran Rp2 ribu triliun, maka jumlah penerbitan surat utang untuk menutup defisit bisa ditekan.
“Kalau kita bisa melakukan efisensi dan akurasi desain belanja termasuk jumlahnya, katakanlah lima persen dari Rp2.000 triliun, itu kan Rp100 triliun. Kalau melakukan anggaran yang akurat, kita tidak perlu membuat anggaran belanja Rp100 triliun lebih tinggi,” ujar Sri Mulyani.
Untuk itu, dia memastikan nilai anggaran berlebihan itu akan dikurangi melalui manajemen anggaran yang lebih memadai dan perbaikan estimasi biaya itu dilakukan melalui sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait.
Berkaitan pencairan belanja kementerian dan lembaga menjelang berakhirnya tahun anggaran, Sri Mulyani memastikan jajaran Ditjen Perbendaharaan akan bekerja profesional melalui percepatan proses layanan, serta memastikan ketersediaan kas jelang akhir tahun.
“Kita bekerja harus profesional dan memperbaiki sinergi penganggaran dan pencairan dengan menggunakan data untuk perbaikan pelayanan, sehingga kalau misalnya belanja tidak makin baik, tapi deliver-nya makin baik, kan itu bagus juga,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.(ant/den)