Pemerintah Jawa Timur menolak rencana Pemerintah Pusat yang meminta PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk menutup sejumlah pabrik gula peninggalan Belanda milik mereka.
“Saya tidak setuju konsepnya Pemerintah Pusat. Masyarakat kita itu masyarakat tebu, yang kulturnya tebu,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur, Rabu (12/10/2016).
Pemerintah Pusat, kata Soekarwo, harusnya bijak dan segera membenahi manajemen pabrik gula. Selain itu, peremajaan mesin harusnya juga dilakukan bukan malah menutup pabrik gula yang telah ada.
“Secara nasional, kita itu masih kekurangan 3,8 juta ton gula. Jadi jangan ditutup, itu mesin dan manajemennya yang harus dibenahi bukan ditutup,” ujarnya.
Selain itu, untuk meningkatkan produksi tebu, maka pemerintah juga harus memikirkan untuk menyediakan bibit serta pupuk murah bagi petani. Teknologi pertanian juga harus dibenahi.
Sekadar diketahui, dalam sebuah dokumen yang beredar dan diterima oleh Soekarwo, pada 6 Oktober 2016 telah terjadi pertemuan antara direktur utama PTPN IX, X, XI, dan PT RNI, dengan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN RI.
Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa pada 2017, Pabrik Gula Rejosari, Kanigoro, dan Purwodadi di wilayah Madiun akan ditutup. Sementara di wilayah Sidoarjo, PG Toelangan dan PG Watoetoelis juga akan ditutup.
Penutupan pabrik gula juga akan dilakukan untuk PG Meritjan di Kediri, PG Gondang Baru di Klaten Jawa Tengah. Sementara di Situbondo, tiga pabrik gula yang ditutup adalah PG Pandji, PG Olean, dan PG Wringinanom. (fik/ipg)