Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, Senin (19/1/2014) pagi, bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp12.603 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.590 per dolar AS.
“Pengaruh penguatan dolar AS di pasar global sepertinya masih terlalu kuat sehingga menutupi faktor positif dari dalam negeri yakni pemangkasan kembali harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi,” kata Rangga Cipta Ekonom Samuel Sekuritas di Jakarta, Senin (19/1/2015) seperti mengutip Antara.
Menurut dia, penurunan harga BBM itu diperkirakan membuat laju inflasi menurun sehingga dapat menjadi sentimen positif bagi rupiah. Namun ekspektasi penurunan inflasi itu sejauh ini hanya mampu mengangkat performa di pasar surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun.
“Hari ini (Senin, 19/1/2015) tekanan rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih bertahan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Rezariyambada mengatakan bahwa potensi penguatan mata uang rupiah masih ada, namun tetap perlu mewaspadai setiap sentimen negatif yang muncul.
“Pasca rilis penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi hingga harga semen masih berpotensi untuk mendukung rupiah untuk berbalik positif,” katanya.
Ia mengharapkan bahwa nantinya imbas penurunan tersebut akan dapat membuat harga-harga sejumlah bahan pokok menurun sehingga inflasi dapat dikendalikan.
Di sisi lain, lanjut dia, Bank Indonesia yang mempertahankan tingkat suku bunga acauan (BI rate) di level 7,75 persen masih akan direspon positif seiring tidak terlalu reaktifnya BI menanggapi sentimen yang ada. (ant/dwi)