Kurs rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta bergerak turun 56 poin dari posisi terakhir pekan lalu menjadi Rp12.986 per dolar AS pada Senin (2/3/2015) pagi.
“Belum munculnya sentimen positif terhadap laju rupiah membuat mata uang domestik masih dalam tekanan. Untuk itu, tetap waspadai pelemahan lanjutan,” kata Reza Priyambada Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia dikutip dari Antara .
Ia mengatakan pelaku pasar tampaknya mengantisipasi rilis data-data inflasi awal pekan ini sehingga cenderung melepas sebagian aset dalam bentuk rupiah.
Reza berharap data-data ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik awal pekan ini lebih baik sehingga bisa menahan tekanan dolar AS terhadap rupiah di tengah belum adanya kepastian dari bank sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) soal kenaikan suku bunga.
Di sisi lain, ia melanjutkan, kebijakan pemerintah kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium Rp200 per liter diharapkan bisa menjaga inflasi ke depan tetap positif.
Sementara itu, Ariston Tjendra Kepala Riset Monex Investindo Futures menambahkan, dolar AS dalam tren penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, setelah revisi data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat kuartal keempat 2014 yang tidak seburuk perkiraan ekonom.
“Revisi ekonomi AS itu mendukung pandangan bahwa ekonomi terbesar di dunia itu tetap akan tumbuh dengan kecepatan moderat,” katanya. (ant/dop/dwi)