
Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat menjadi sekitar Rp14.300 tidak usah disikapi berlebihan. Sebab, penguatan nilai tukar rupiah ini lebih disebabkan faktor eksternal.
“Penguatan ini jangan disikapi dengan senang-senang dulu. Karena bisa cenderung masih bisa berfluktuasi. Yang harus dicermati adalah saat ini Indonesia harus mencari sumber-sumber dana masuk,” kata Dr. Aviliani Sekretaris Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Rabu (7/10/2015) di Surabaya.
Mencari sumber dana baru, kata Aviliani, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang pertama adalah merubah surat utang negara menjadi utang luar negeri.
“Itu supaya kita punya cadangan. Yang kedua, kita kan sudah memberlakukan bebas visa terhadap 47 negara. Ini yang harus di follow up terus supaya dunia pariwisata ini bisa tumbuh lebih cepat,” ujar dia.
Yang ketiga, menurut Aviliani antara Bank Indonesia (BI) dengan pemerintah harus benar-benar mengatur arus kas (cash flow).
“Pengaturan cash flow bisa membuat nilai tukar kita menjadi lebih stabil. Karena kalau nilai tukar stabil, investasi pasti jalan,” katanya.
Aviliani mengatakan menguatnya nilai tukar rupiah ini disinyalir masih belum bisa memberikan efek yang positif terhadap sektor-sektor perekonomian di Indonesia.
“Orang masih belum percaya penguatan ini akan bisa stabil. Masih fluktuatif,” ujarnya. (dop/dwi)